banner 468x60 banner 468x60

Persitiwa Geger Cilegon 1888 akan Dibesut Menjadi Film Layar Lebar

Joe
25 Mar 2020 13:27
KONTAK KAMI 0 492
3 menit membaca

CILEGON (SBN) — Beberapa tahun belakangan, film berlatar belakang sejarah perjuangan bangsa kembali bermunculan, seperti Kartini (2017), Wage (2017), Guru Bangsa Tjokroaminoto (2015), Jenderal Soedirman (2015), dan Soekarno: Indonesia Merdeka (2013).

Kali ini, untuk mengangkat sejarah perjuangan bangsa, Peristiwa Geger Cilegon 1888 yang mengangkat tokoh pahlawan K.H. Wasyid akan difilmkan dan ditargetkan tayang di layar lebar. Meski Geger Cilegon merupakan peristiwa sejarah skala lokal, Banten, namun ternyata mempengaruhi eskalasi penjajahan Belanda saat itu secara keseluruhan di Nusantara.

Ketua Yayasan K.H. Wasyid 1888 Asep Shofwatullah menjelaskan film tentang Geger Cilegon 1888 akan mengangkat kisah nyata perjuangan pahlawan kemerdekaan saat melawan pasukan penjajah Hindia Belanda.

Film itu juga muncul sebagai respons atas antusiasme masyarakat Indonesia yang tinggi terhadap sejarah dan isu politik, terutama di Banten, setelah pengangkatan Brigjend K.H. Syam’un (cucu K.H. Wasyid) sebagai pahlawan nasional pada 2019 lalu.

“Film ini akan digarap oleh PT Wan Cipta Kreasindo (One Cipta Entertainment), perusahaan pembuatan film yang profesional, dan sudah mendapatkan restu dan dukungan penuh dari keturunan K.H. Wasyid,” ujar Asep Shofwatullah yang akrab disapa Haji Asep ini, Rabu (25 Maret 2020).

Haji Asepmenjelaskan  inti film tentang Geger Cilegon 1888 ini menggambarkan semangat perjuangan perlawanan rakyat Banten dan Cilegon terhadap penjajahan demi kehidupan yang lebih baik dan manusiawi, meski nyawa taruhannya.

“Geger Cilegon merupakan jendela sejarah yang kita miliki, di mana kegiatan sejarah dan wisata edukasi mengenai Geger Cilegon banyak dan bisa diketahui di film ini karena belum tentu setiap orang mengetahui dan mengeksplorasi sejarah Geger Cilegon secara nyata,” jelas Haji Asep.

Film dengan tema tentang sejarah heroik tokoh-tokoh ulama Banten ini, nantinya akan berjudul The Peasant Revolt of Banten 1888.

Produser Film Geger Cilegon dari PT Wan Cipta Kreasindo, Hendra Yuniardi, mengatakan pembuatan film sejarah Geger Cilegon 1888 ini berdasarkan riset sejarah yang melibatkan sejumlah literatur yang ada.

Hendra juga mengatakan penulis naskah film ini adalah Jaji Aruji Nalendra, penulis yang naskahnya tentang film Ki Wasyid ini mendapatkan penghargaan dari Pemerintah. Dia sendiri telah berdiskusi dengan Pemerintah Daerah serta membedah buku-buku sejarah tentang Geger Cilegon 1888 ini.

“Film ini berupa konten audio visual terkonsep agar dapat dipergunakan sebagai alat sejarah dan membantu memperluas informasi tentang pemberontakan Geger Cilegon 1888, baik di Indonesia maupun mancanegara,” jelas Hendra.

Rencananya film ini nantinya akan diputar di seluruh jaringan bioskop di Indonesia dan ditargetkan bisa tayang pada Juli atau Agustus 2020 mendatang, yaitu pada bulan bersejarah bagi bangsa Indonesia yang juga bertepatan dengan terjadinya peristiwa Geger Cilegon pada 1888 silam.

“Film sejarah ini tentu menambah khazanah perfilman Indonesia dengan genre historical movies yang sarat pesan moralitas, spiritual, dan humanitas. Diharapkan membuat geliat industri film tanah air kembali hidup dan memacu keberagaman genre yang bisa menjadikan film Indonesia tuan rumah di negeri sendiri,” imbuh Hendra.

Film ini nantinya akan menyasar segmen penonton dari semua umur. Film berdurasi 120 menit ini akan mulai diproduksi pada April mendatang. Akan ada sejumlah aktor dan artis ternama yang dilibatkan dalam produksi film tentang Geger Cilegon 1888 ini.

“Tahapan kita seharusnya saat ini sudah open casting dan pemilihan pemeran. Tapi, saat ini menyesuaikan dengan merebaknya pendemi Covid-19, jadi sepertinya agak mundur. Tapi, kita akan tetap targetkan maksimal Agustus ini bisa tayang,” tandas Hendra.

Pengambilan gambar film ini akan dilaksanakan di lokasi-lokasi bersejarah di Kabupaten Serang, Kota Serang, dan Pandeglang, yang memang tercantum dalam naskah sejarah.

Agar memperoleh nuansa masa lalu, pengambilan gambar juga akan dilakukan di daerah-daerah perkampungan dan tengah disiapkan properti-properti yang menyesuaikan dengan kondisi kehidupan masyarakat saat itu. (Rls/Drk)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan