Sempat Menjadi Sorotan, Chandra Asri Klaim Tengah Membangun Teknologi Flaring Ramah Lingkungan

Joe
5 Mei 2020 09:49
3 menit membaca

CILEGON (SBN) – PT Chandra Asri Petrochemical, Tbk. (Chandra Asri), sebuah perusahaan kimia di Kota Cilegon, mengklaim tengah menggarap proyek pemasangan nnclosed ground flare (EGF) yang diprediksi akan beroperasi dalam beberapa bulan ke depan. Aktifitas flaring ini sempat membuat banyak pihak angkat bicara karena kebisingan yang mengganggu warga sekitar serta puluhan rumah retak akibat aktivitas tersebut.

Manager CSR Chandra Asri Abraham Sinathrawan mengatakan pemasangan EGF ini merupakan pemanfataan teknologi terbaru yang dikenal ramah lingkungan dan dapat meminimalisasi dampak operasional terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar dibandingkan suar konvensional. EGF juga merupakan teknologi suar aman dan tanpa asap. Untuk menggunakan EGF ini Chandra Asri telah menggelontorkan investasi lebih dari Rp200 miliar.

“Kami sedang membangun teknologi suar tanpa asap yang siap beroperasi dalam beberapa bulan lagi. Suar tanpa asap ini akan berfungsi meminimalisir proses pembakaran gas dan mengurangi timbulnya pembakaran,” katanya, Senin (4 April 2020).

Andry, Konsultan Proyek Konstruksi EGF, menjelaskan teknologi ini merupakan pilihan tepat sebagai upaya untuk meminimalisasi dampak negatif lingkungan.

“Teknologi EGF ini ramah lingkungan karena aktivitas flaring ke depannya tidak akan lagi menghasilkan asap pekat ke udara,” tuturnya saat dihubungi secara terpisah.

Ia juga menjelaskan bahwa suara bising, panas, dan emisi cahaya selama proses start-up pabrik berlangsung atau saat terjadi kegiatan operasional yang di luar dari kebiasaan juga akan berkurang.

Teknologi enclosed ground flare Chandra Asri direncanakan memiliki kapasitas pembakaran sebesar 220 ton hidrokarbon per jam dan disebut menyerap total investasi sebesar US$14 juta atau Rp212 miliar. Proyek ini diharapkan akan selesai tahun ini.

Aktivitas flaring PT Chandra Asri memang menjadi sorotan banyak pihak beberapa hari terakhir, salah satunya karena debu pekat yang turun ke permukiman saat hujan turun. Selain itu, aktivitas flaring juga menimbulkan getaran yang mengakibatkan dinding sejumlah rumah warga retak-retak.

Abraham juga mengatakan bahwa Chandra Asri sedang melakukan start-up yang dalam prosesnya dapat terjadi flaring pada tanggal 4-6 April 2020 yang perlu dilakukan untuk menjaga keamanan dari pabrik dan juga lingkungan sekitar.

“Proses ini berfungsi untuk mengurangi tekanan yang ada dalam perangkat pabrik. Maka, dilakukanlah pembakaran gas atau disebut flaring. Proses yang kami lakukan ini telah sesuai dengan standar yang berlaku di mana tekanan dan suhunya kami ukur agar sesuai standar keamanan,” jelasnya.

Dalam melakukan proses ini, Abraham mengatakan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan pemangku kepentingan terkait dan masyarakat dan
sudah melayangkan surat pemberitahuan sesuai prosedur kepada para pihak terkait dan kepada warga sekitar.

Abraham menambahkan, sebagai pabrik kimia yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai objek vital nasional, Chandra Asri berkomitmen untuk menjadi industri yang mendukung pembangunan dan berdampak positif bagi masyarakat.

“Kami juga senantiasa mendengarkan masukan dari warga sekitar dan melakukan pertemuan tatap muka dalam waktu 1×24 jam pada saat warga bertanya. Selain itu, sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap warga, pada 4 April 2020, kami juga menyalurkan paket beras dan masker untuk 1.000 kepala keluarga di sekitar kami dalam rangka Ramadan dan mengantisipasi pandemi Covid-19. Ini merupakan bentuk komitmen dan kepedulian kami terhadap masyarakat,” tutupnya. (Wawan/Atm)

 

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan