banner 468x60 banner 468x60

Gubernur Banten Geram Masih Banyak Masyarakat Tidak Patuhi Protokol Kesehatan

Ramzy
10 Jun 2020 14:42
KONTAK KAMI 0 478
3 menit membaca

SERANG (SBN) — Gubernur Banten Wahidin Halim menyayangkan berbagai pelanggaran protokol kesehatan di wilayahnya. Jika sebelum Lebaran kemarin Gubernur Banten memantau atas penumpukkan penumpang di Bandara Soekarno Hatta, saat ini dirinya geram atas berbagai pelanggaran protokol kesehatan di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. Dimana masih ada penumpang dan masyarakat berdesak desakan, berkerumun, bersentuhan, tidak ada social distancing sama sekali.

“Pada waktu PSBB kita kan telah sepakat untuk memperketat transportasi Kereta Api dengan pola dan pendekatan protokol kesehatan yang ketat,” kata Wahidin Halim saat setelah Rapat Koordinasi dalam rangka Evaluasi Penanganan Covid-19 dan Pembahasan Tatanan Normal Baru pada Masa Pandemi Covid-19, Selasa, 9 Juni 2020.

Ia menambahkan, jika hal ini sangat mendegradasi upaya Pemprov Banten, dimana sebelumnya data yang terkonfirmasi positif Covid-19 di Banten sudah sangat landai bahkan perhari itu hanya 2 sd 4 orang yang tercatat positif, tapi semenjak Lebaran kemaren dan begitu dibuka ruang transisi mulai ada pelanggaran-pelanggaran dan naik sampai 14 orang, bahkan hingga 22 orang terkonfirmasi positif setiap harinya.

Beberapa daerah di Banten yang tadinya zona hijau, kini sudah menjadi zona kuning, selama ini pihaknya sudah sangat menjaga area Zona Merah dan Kuning di wilayah Banten, hal ini dilakukan karena dirinya memahami jika Tangerang Raya dan DKI Jakarta itu tidak bisa dipisahkan, walaupun beda wilayah administrasi tapi secara fisik merupakan satu kesatuan, mobilisasi tiap hari dari pagi berangkat dan sore pulang lagi ke Tangerang dan dengan dibukanya kran transisi sekarang pekerja di Jakarta menimbulkan kekhawatirannya, karena tidak menutup kemungkinan mereka bersentuhan di tempat kerja, karena sebagian besar pekerja di DKI Jakarta itu baik yang di kantor pemerintahan maupun kantor-kantor swasta termasuk pekerja di sektor informal itu didominasi oleh masyarakat yang tinggal di Jabodetabek termasuk diantaranya Tangerang Raya.

“Bagaimana kita bisa memutus mata rantai jika pendekatan protokol kesehatannya belum terselesaikan,” ungkapnya.

Persoalannya sekarang adalah mau menyelesaikan Covid-19 atau mau mengedepankan persoalan ekonomi. Karena, menurutnya hal ini tidak bisa diparalelkan bersama baik antara urusan ekonomi dan penyelesaian pandemi, seperti misalnya mal boleh dibuka, sudah jelas orientasi selalu ingin banyak pengunjung sementara konsep sisi protokol kesehatannya agar pemerintah dapat memutus mata rantai penularan.

“Dari pertama persoalan lock down, PSBB hingga ke masa transisi dan sekarang new normal, saya belum bisa membayangkan akhirnya bagaimana dan formulasinya juga gimana?,” tegasnya.

Demikian juga soal tempat peribadatan, karena menurutnya beberapa kapasitas masjid dibeberapa area luasnya terbatas, sementara jemaahnya banyak walaupun sudah diberikan tanda tapi tetap saja jemaahnya bergerombol masuk sehingga jadi over kapasitas.

“Sebagai gubernur sejak awal tidak banyak komentar tapi saya terus bekerja, memantau dan terus melakukan aktivitas sosialisasi untuk upaya pencegahan, karena polanya berubah-ubah dan kurang sinergi antara satu daerah dengan daerah lainnya, akhirnya saya rasakan menjadi kurang efektif,” jelas mantan Wali Kota Tangerang itu.

Ia mengatakan jika selama ini di wilayahnya, TNI, Polisi dan Aparatur Pemda sudah bahu membahu bekerja keras dalam upaya memutus mata rantai penularan, tapi saat ini ada pilihan lain yang mengutamakan normalisasi ekonomi dengan memberikan keleluasan dan kesempatan bagi sektor swasta untuk memulai usahanya kembali, tetapi di sisi lain harus terus menerapkan protokol kesehatan.

Jadi saat ini, lanjut WH, harusnya lebih tegas lagi dan diberikan sanksi kepada pelanggaran, termasuk juga penekanan-penekanan kepada pengusaha atau perusahaan untuk benar-benar menerapkan protokol kesehatan di tempat kerjanya.

“Sudah banyak contoh di negara lain yang terjadi. Kalau kita tidak konsisten dan tidak saling melindungi, apalagi sebatas karena alasan ekonomi dan kita tidak indahkan rambu-rambu protokol kesehatan soal pandemi. Saya tidak tahu bagaimana ke depannya nanti,” tandasnya.(Hendra/Zie)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan