Akibat Dukung Salah Satu Bapaslon, Warga Minang di Kota Cilegon Terancam Pecah

Joe
29 Jul 2020 21:10
3 menit membaca

CILEGON (SBN) — Masyarakat perantau asal Minang yang tinggal di Kota Cilegon tampaknya terpecah karena kepentingan politik. Hal ini terungkap dalam jumpa pers yang digelar Ikatan Keluarga Minang (IKM) Kota Cilegon di salah satu rumah makan di Kota Cilegon, Rabu (29 Juli 2020).

Keterpecahan itu diduga bermula dari pernyataan salah seorang warga Minang, Hengki Wirawan, yang mengklaim mendukung sepenuhnya salah satu bapaslon Wali Kota Cilegon, Senin (27 Juli 2020). Pernyataan tersebut membuat pengurus DPD IKM Kota Cilegon merasa perlu mengklarifikasi untuk meredam berita-berita yang beredar di media massa, baik cetak maupun daring (online).

“Bahwa apa yang di sampaikan oleh Hengki mengatasnamakan 6.000 KK masyarakat Cilegon asal Minang kami anggap tidak benar,” ujar Ketua DPD IKM Kota Cilegon Muharman Koto.

Muharman mengatakan, berdasarkan data statistik, jumlah warga Minang di Kota Cilegon kurang lebih 13.000 orang. Organisasi IKM adalah organisasi resmi dan telah memiliki SK sehingga apa yang disampaikan Hengki dan 20 orang warga Minang saat menyatakan dukungannya terhadap salah satu bapaslon Wali Kota Cilegon adalah tidak benar.

“Kami menyatakan, apa yang di katakan saudara Hengki Wirawan bukan mewakili masyarakat Cilegon yang berasal dari Minang,” tandasnya.

Ia juga menambahkan, karena KPU belum menetapkan daftar pencalonan bapaslon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Cilegon, sejauh ini IKM belum menentukan sikap politiknya  untuk menyatakan dukungan terhadap salah satu bapaslon.

Menanggapi hal itu, Hengki Wirawan mengatakan bahwa IKAMI dan IKM berbeda organisasi, meski memiliki kepanjangan yang sama yakni  Ikatan Keluarga Minang.

“Jadi mereka itu IKM, kalau kami kemarin itu IKAMI. Beda organisasi. Kalau mereka bilang  IKM belum menentukan sikapnya,  ya itu benar. Tapi, kami dari IKAMI sudah,” katanya.

Di singgung, apakah IKAMI telah berubah menjadi nama IKM di bawah pimpinan Muharman Koto dan secara hirarki mempusat kepada ketua umum Fadli Zon, Hengki  menegaskan bahwa IKAMI dan IKM itu berbeda.

“IKAMI hanya ada satu-satunya di Indonesia, yaitu di Kota Cilegon,” jelasnya.

Hengki menambahkan, secara prinsip, yang dikhawatirkan akar rumput adalah petinggi-petinggi Minang di Kota Cilegon tidak pernah memberikan hal-hal yang positif dan menguntungkan bagi akar rumput. Terbukti, selama 20 tahun turut mendukung, masyarakat akar rumput tidak pernah mendapatkan manfaat positif sehingga timbul kekecewaan.

“Inilah ego-ego yang ditampilkan mereka, yang menurut mereka bermateri lebih, menganggap sepele kami yang ada di akar rumput. Inilah perbedaan yang terjadi,” ungkapnya.

Meskipun begitu, Hengki meyakinkan bahwa warga Minang di Kota Cilegon tidak terpecah. Pihaknya hanya ingin pandangan politik masing-masing warga Minang dihargai. Karena itu, apa yang dilakukan IKM tidak menjadi masalah bagi pihaknya.

“Selama tidak menyinggung IKAMI dan Forum Komunikasi Perantau Minang versi kami, silahkan saja,” tutupnya. (Wawan/Atm)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan