Produsen Tahu Tempe di Banten Lebih Suka Kedelai Impor

Joe
12 Jan 2021 12:11
2 menit membaca

SERANG (SBN) — Data Dinas Pertanian (Distan) menunjukkan bahwa kebutuhan kedelai di Banten mencapai puluhan ton per tahun. Meski Banten mampu menghasilkan kedelai, para produsen tahu tempe di Banten lebih suka kedelai impor untuk bahan bakunya.

“Menurut data di Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia, kebutuhan kedelai untuk industri tahu tempe di Banten mencapai 44.713 ton per tahun,” ucap Kepala Distan Provinsi Banten Agus Tauchid, Selasa (12/1/2021).

Agus mengakui produksi kedelai di Banten pada 2020 sangat kecil, hanya 834 ton. Berarti hanya mampu memenuhi 1,8 persen dari kebutuhan total produsen tahu tempe di Banten. Karena itu, kedelai yang digunakan sebagai bahan baku tahu tempe lebih banyak diimpor. Selain itu, biji kedelai Impor memang lebih besar daripada biji kedelai lokal (Banten).

Dia juga menjelaskan, beberapa faktor yang menyebabkan produksi kedelai di Banten kurang diminati adalah harga jualnya yang masih rendah sehingga para petani kurang berminat menanam kedelai.

“Harga jual kedelai lokal rendah sekali. Bisa dibayangkan kalau harga per kilogram kedelai di tingkat petani masih di bawah Rp5.000. Wajar saja jika petani tidak berminat,” tambahnya.

Selain itu, imbuhnya, budidaya kedelai juga lebih rumit dibandingkan budidaya jagung dan tingkat penyebaran hama pada kedelai juga sangat tinggi. Pasalnya, kedelai bukan tanaman asli Indonesia, melainkan tanaman iklim subtropis sehingga kurang cocok ditanam di Indonesia. Akibatnya, biji kedelai yang dihasilkan lebih kecil.

“Kami akan melakukan berbagai upaya untuk mendongkrak agar kedelai asli Banten dapat dijadikan bahan baku produksi tempe dan tahu,” katanya. (Hendra/Atm).

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan