Parahnya Persoalan Banjir di Kota Cilegon Hingga Kini Belum Teratasi

Joe
4 Jun 2021 16:10
2 menit membaca

CILEGON (SBN) — Persoalan banjir di Kota Cilegon begitu akut dan tak kunjung teratasi. Meski
upaya penanganan telah dilakukan oleh Pemerintah baik penyediaan sumur resapan, titik-titik penyimpanan air buatan (tandon), serta pelebaran saluran air, pertemuan dua sungai yakni Kecamatan Citangkil dan Grogol.

Seperti yang terjadi pagi ini, banjir kembali melanda lingkungan Rawa Arum, RT 03/07, Kelurahan Rawa Arum, Kecamatan Grogol. Dengan ketinggian sekitar selutut kaki orang dewasa, air menggenangi permukiman warga akibat hujan yang mengguyur sejak pukul 04.00 WIB, Kamis (4 April 2021).

Penyebabnya, diduga lantaran, saluran air yang sempit, serta alih fungsi lahan untuk pembangunan industri disinyalir menjadi penyebabnya banjir di lingkungan tersebut.

Guntur, warga lingkungan sekitar mengatakan, saluran air dari Kecamatan Citangkil dan Grogol dengan lebar masing-masing 12 meter, bertemu di satu titik. Sementara saluran air dari hasil pertemuan dua sungai itu juga hanya memiliki lebar 12 meter. Sehingga volume saluran tidak mencukupi dan menyebabkan air meluap ke permukiman warga sebelum tersalurkan ke laut.

“Semestinya, titik temu saluran air dari dua Kecamatan itu memiliki lebar 24 meter. Kalau hanya 12 meter maka inilah yang terjadi.” ujar Guntur.

Ia menambahkan, banjir yang terjadi karena air dari Kecamatan Citangkil dan Kecamatan Grogol meluap dan volume air ke arah laut tidak dapat menampung sehingga air melimpah ke rumah-rumah warga.

“Sudah 3 tahun, setelah adanya pembangunan proyek, kita sering terkena banjir. Tidak seperti dulu, banjir terjadi kalau hujan memang besar dan berturut-turut hingga lebih dari 3 hari, itu pun tidak parah dan hanya terjadi 10 tahun sekali,” jelasnya.

Kondisi ini lanjut Guntur, karena penanganan tidak serius dan tidak dengan perencanaan yang matang. Sehingga, selama 3 tahun ini warga sekitar terdampak banjir secara terus-menerus.

Ia meminta kepada Pemerintah dan Perusahaan setempat untuk serius menindaklanjuti persoalan tersebut.

“Kita tetap menunggu iktikad baik dari Pemerintah dan Perusahaan untuk observasi ke lapangan. Kami selaku warga yang terdampak banjir sangat berharap pihak perusahaan langsung berkomunikasi dengan warga terdampak. Bukan dengan pihak yang tidak terdampak tapi sering mengatasnamakan warga,” tutupnya. (Wawan)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan