banner 468x60 banner 468x60

Riba Memang Ngeri Banget

Joe
31 Jan 2022 20:45
3 menit membaca

Oleh Erna Ummu Aqilah

OPINI (SBN) — Riba secara bahasa bermaknah ziyadah (tambahan), atau berarti tumbuh dan membesar. Sedangkan menurut istilah teknisnya, riba berarti pangambilan tambahan dari harta pokok secara bathil.

Dalam Surat Al-Baqarah ayat 275 Allah Swt berfirman:
“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS Al-Baqarah: 275).

Bahkan dalam sebuah Hadis Rasulullah Saw bersabda: “Dari Jabir Ra ia berkata: “ Rasulullah Saw telah melaknat orang-orang yang memakan riba, orang yang menjadi wakilnya, orang yang memberikan makan hasil riba, orang yang menuliskan dan selanjutnya nabi bersabda, mereka itu semua sama saja.”( HR. Mutafaq Alaih).

Berdasarkan dalil di atas, para ulama bersepakat bahwa riba adalah perbuatan haram dan dosa besar. Bahkan Allah dan Rasulnya sangat membenci perbuatan tersebut.

Sebagai masyarakat yang mayoritas berpenduduk Muslim, seharusnya kita berpedoman pada Alquran dan Assunnah. Apapun aktivitas yang kita lakukan harus bersandar pada keduanya.

Sebab Islam agama yang sempurna, yang mengatur segala urusan umatnya mulai masalah ibadah, muamalah, uqubad, sanksi, bahkan politik. Mulai urusan masuk kamar mandi, sampai urusan bernegara diatur dengan sedemikian rupa, sejak kita bangun tidur sampai tidur lagi semua terikat dengan syariat Nya.

Namun dalam sistem kapitalis sekuler saat ini, masyarakat berhasil dijauhkan dari ajaran agamanya sehingga, aktivitas yang dilakukan tidak lagi bersandar pada halal dan haram. Mereka cenderung bangga bisa memenuhi segala kebutuhan hidup dengan setinggi-tingginya, tanpa peduli dengan dosa. Sebab standar kebahagiaan bagi mereka adalah ketika terpenuhi segala kebutuhan jasmaninya meskipun dengan berbagai cara.

Demi memenuhi semuanya mereka banyak yang melakukan aktivitas riba. Mulai dari leasing, kartu kredit, asuransi, bank harian, rentenir, pinjaman online, dan banyak macamnya. Sebab mereka semua menjanjikan berbagai bentuk kemudahan. Sehingga banyak kaum muslim yang terjebak di dalamnya.

Bahkan ada sebagian masyarakat yang berhutang riba bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup, akan tetapi karena tuntutan gaya hidup yang konsumtif, hedonis yang tidak pernah merasa cukup. Akhirnya terjebak dalam hutang yang bunganya terus berjalan dan tak mampu untuk dibayarkan.

Jika sudah terdesak, biasanya solusinya bukan kembali bertobat pada yang Maha Kuasa, tapi justru perbuatan dosa lainnya. Mulai dari mencuri, menipu, merampok, jual barang terlarang, jual diri, bahkan ada yang bunuh diri.

Ya semua itu akibat jauhnya umat dari ajaran agamanya sehingga, dosa dianggap hal biasa. Negara tidak berperan dalam pencegahan justru sebaliknya. Tak heran jika aktivitas riba semakin merajalela, sebab tidak ada hukum tegas yang mengaturnya.

Berbeda dengan pandangan Islam, dalam Islam setiap beraktivitas selalu bersandar pada syariat. Dan kebahagiaan menurut Islam adalah, ketika dicapainya ridho Allah Swt.
Jadi selama kita masih menerapkan sistem kapitalis sekuler, riba tidak akan pernah bisa diatasi. Dan berarti berbagai jenis kejahatan lainnya pun akan terus kita hadapi. Sebab masyarakat susah mencari solusi di saat kondisi sulit seperti saat ini.

Dan hanya kembali kepada aturan Allah Swt, kita akan benar-benar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, hidup tenang dan bahagia dengan penuh keridhoanNya. Wallahu A’lambishshawwab. [ ]

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan