Entin, Nenek Buta yang Tak Dapat Bantuan Pemerintah

2 menit membaca

KABUPATEN TANGERANG (SBN) — Bantuan dari pemerintah untuk meringankan beban hidup masyarakat akibat dampak dari pandemi covid-19 tak semua dirasakan mereka yang benar-benar membutuhkan. Salah satunya Entin (65), warga Kampung Cibogo Kulon RT 06/02, Kelurahan Kelapa Dua, Kecamatan Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang.

Entin bahkan sudah enam tahun menderita katarak. Sehingga tidak lagi bisa beraktivitas mencari nafkah. Padahal tempat tinggalnya hanya berjarak sekitar 15 meter dari kluster perumahan elit di Kelapa Dua.

Entin memiliki tiga orang anak. Dua perempuan yang sudah berumah tangga dan satu laki-laki yang masih membujang.

“Anak laki-laki Emak kerja di sekolah. Tukang membuang sampah digaji Rp300 ribu sebulan. Sama seperti Emak tidak bisa melihat,” ucapnya kepada awak media yang mengunjunginya, Minggu (14/2/2021).

Entin setiap hari kerap menahan lapar sampai anak bujangnya itu pulang dari tempat kerja.

Sementara tempat tinggalnya jauh dari kata layak. Ia tinggal di kamar berukuran 1,5 kali dua meter persegi. Isinya ada kasur, televisi tabung versi jadul berukuran 19 inchi, lemari kayu yang sudah lapuk dan dispenser.

Dapur berada disebelahnya berukuran 2 kali 1 meter persegi. Sedangkan, kamar anak perempuannya yang sudah menikah terpisah berukuran satu kali dua meter. Tempat yang ditinggali Entin terlihat seperti kamar yang berlokasi di belakang rumah saudaranya.

“Belum makan pak. Anak belum pulang ke rumah. Saya sudah tidak bisa melihat jadi tidak bisa memasak lagi,” tambahnya.

Saat ditanyai soal bantuan, Entin mengaku belum pernah mendapatkan baik sembako maupun uang tunai. Apalagi terdaftar sebagai penerima bantuan program keluarga harapan (PKH). Ia mengatakan, belum pernah mendapat bantuan paket sembako maupun uang tunai sejak awal pandemi covid-19.

“Baru kemarin kartu keluarga dan KTP diminta pak RW setelah pak lurah dan pak dandim serta bu camat menengok ke sini. Sebelumnya belum pernah dapat bantuan apa-apa. Baru kemarin sembako dan uang dari pak dandim,” jelasnya.

Entin mengaku hanya bisa mengelus dada mendengar adanya bantuan sembako maupun uang tunai namun tidak menerima dan namanya tidak pernah disebut.

“Emak hanya bisa diam saja. Hati mah sakit. Yang sehat menerima sementara emak yang seperti ini tidak,” akunya sambil mengusap air mata saat mengingat kejadian adanya paket bantuan namun dirinya tidak dapat.

Untuk kehidupan sehari-hari, Entin mengandalkan uang dari menantu yang menikahi anak bungsunya. Sebelumnya, apabila tidak memiliki uang dan beras, ia mengumpulkan sampah plastik untuk membeli makan.

“Menantu emak kerja di Gading Serpong, tukang menyiram tanaman. Sehari dibayar Rp60 ribu. Sekarang Alhamdulillah ada pemasukan,” pungkasnya. (Ris/Drk)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan