Irgan Sebut Bonus Demografi Banten Harus Jadi Aset

Ramzy
15 Nov 2018 22:15
2 menit membaca

TANGERANG – Saat ini Banten dengan jumlah penduduk sebanyak 10.487.655 jiwa, sebagian besarnya masuk dalam kelompok usia produktif, kelompok usia yakni 15-64 tahun dengan jumlah sebanyak 7.727.967 jiwa atau 73,69 persen. Artinya, bonus demografi telah dinikmati oleh Banten karena usia produktif lebih banyak dari usia non produktif.

Usia non produktif tersebut adalah usia di bawah 14 tahun dan di atas 65 tahun sebanyak 2.759.688 atau 26,31 persen.

Dengan melihat struktur piramida penduduk berdasarkan usia tersebut, akan tampak bahwa beban ketergantungan penduduk Banten sebesar 35,71 atau dengan kata lain dari setiap 100 orang produktif menanggung 35-36 orang yang tidak produktif.

Menyikapi hal tersebut, anggota Komisi IX DPR RI Irgan Irgan Chairul Mahfiz mengatakan, bonus demografi harus menjadi peluang Banten untuk meningkatkan taraf hidup. Pasalnya, usia produktif menjadi aset untuk memacu pertumbuhan ekonomi.

“Di usia produktif, seorang warga sedang giat-giatnya bekerja,” ungkapnya, Kamis (15/11/2018).

Namun, lanjut Irgan, bonus demografi juga sekaligus menjadi tantangan bagi Pemprov Banten juga delapan pemerintah kabupaten dan kota di Banten. Karena, saat ini, Banten juga menghadapi persoalan jumlah pengangguran yang tinggi.

Hal ini, menurutnya, harus direspon dengan membuka lapangan kerja seluas-luasnya, agar usia produktif itu dapat terserap di lapangan kerja.

“Sementara, peningkatan kualitas sumber daya manusia juga harus diprioritaskan. Karena jumlah penduduk yang tinggi dengan kualitas SDM yang rendah juga tetap akan menjadi masalah,” bebernya.

Karena itu, kata Irgan, Kampung KB sebagai salah satu program BKKBN memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang bermula dari keluarga.

Keluarga Berencana (KB), tidak lagi dimaknai hanya sebatas pengendalian jumlah penduduk, namun juga meningkatkan kualitas penduduk.

“Beberapa program Kampung KB mengarah kepada peningkatan kualitas SDM melalui pemenuhan fungsi keluarga dan membangun ketahanan keluarga,” tambahnya.

Ia berharap, program tersebut menjadi perhatian serius pemangku kebijakan di Banten, karena persoalan kependudukan akan menjadi semakin sulit diatasi jika tidak dibenahi dari sumbernya.

“Paradigma pembangunannya harus berorientasi pada pembangunan kependudukan dan keluarga, karena ini salah satu pondasi penting untuk mewujudkan ketahanan nasional,” tukasnya.(zie)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan