Generasi Butuh Edukasi yang Benar, Agar tidak Salah Arah

waktu baca 4 menit
Jumat, 20 Sep 2024 09:23 0 195 Rikhi Ferdian Herisetiana

Oleh: Khatimah
Komunitas Pena Cemerlang

“Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji (dan)termasuk perbuatan setan. Maka, jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung”. (QS Al-Maidah:90).

Sayangnya peringatan Allah SWT tersebut saat ini jauh dari benak kaum muslim, sehingga banyak kemaksiatan yang terjadi.

Menjelang Pemilu Serentak 2024 yang tinggal beberapa minggu lagi, Polsek Cileunyi di bawah Polresta Bandung Polda Jabar menggelar Operasi Penyakit Masyarakat (Pekat) di wilayah hukum mereka.

Dalam operasi ini, Kapolresta Bandung Kombes Pol. Dr. Kusworo Wibowo melalui Kapolsek Cileunyi, Kompol Rizal Adam Al Hasan, menjelaskan bahwa operasi tersebut menargetkan berbagai penyakit masyarakat, seperti penertiban tempat penjualan minuman beralkohol, pemberantasan premanisme, perjudian, kejahatan jalanan, bank emok, serta tindak kriminal lainnya. Selain untuk persiapan pemilu, operasi ini juga dilakukan sebagai tanggapan atas laporan warga yang khawatir dengan peredaran minuman keras dan dampak negatifnya. (Jurnalpolisi.co.id 10/09/2024)

Penyakit masyarakat (pekat) seperti miras, mabuk-mabukan, bank emok dan kemaksiatan lainnya memang saat ini semakin parah. Sungguh kondisi ini semakin mengerikan dan membuat miris.

Bahkan remaja pun yang seharusnya sebagai harapan bangsa, ikut terlibat dalam perbuatan tercela tersebut. Maka wajar muncul kekhawatiran akan terjadi kejahatan menjelang pilkada.

Begitu leluasanya kemaksiatan terjadi. Meski pada faktanya operasi pekat ini berkali-kali dilakukan, tidak hanya sekedar menjelang pilkada saja. Namun upaya yang digalakkan tidak membuat kejahatan tersebut hilang justru malah semakin tumbuh, seolah tidak ada penyelesaian secara tuntas.

Miras, bank emok dan tindak kejahatan lainnya yang terjadi adalah buah dari penerapan sistem sekuler yang tidak manusiawi, jauh dari aturan agama karena menganggap agama cukup berada dalam ranah ibadah saja, dan meletakkan kedaulatan pembuat hukum di tangan manusia.

Maka wajar solusi yang diambil pun bersifat pragmatis, tidak tuntas hingga ke akar permasalahan. Akibatnya penyakit masyarakat terus bermunculan dan menjangkiti para remaja bahkan anak-anak di usia dini.

Sistem sekuler ini semakin sempurna kerusakannya bagi tatanan kemuliaan masyarakat, karena telah berhasil membingkai kehidupan jauh dari aturan agama. Sehingga membuahkan gaya hidup (hedonisme) yang serba bebas tanpa aturan agama, memuja kenikmatan jasmani sebanyak-banyaknya dengan menjadikan materi sebagai rasa pemuas harus terwujud.

Maka wajar pencurian, pinjaman bank emok terus menyebar luas, bahkan pada akhirnya banyak yang bunuh diri gara-gara tagihan hutang yang menumpuk.

Lantas apa yang mesti dilakukan untuk menyikapi hal tersebut? sudah menjadi keharusan negeri yang mayoritas penduduknya muslim ini, mampu berfikir bahwa sistem sekuler lah akar dari permasalahan hidup, bahkan menjadi pupuk bagi tumbuh suburnya penyakit masyarakat dan kejahatan.

Oleh sebab itu, upaya yang dilakukan tidak hanya sekedar operasi penyakit masyarakat, tapi harus membongkar sistem rusak ini dengan menggantikannya pada sistem yang benar, sesuai fitrah manusia yang mampu memberikan keamanan dan ketentraman hati yaitu kembali pada sistem Islam, karena Islamlah satu-satunya agama yang sempurna.

Upaya menyeluruh harus dilakukan mulai dari individu dan lingkungan masyarakat.  Perlu adanya edukasi yang benar dari sisi akidah, bahwasanya Islam mengajarkan bahwa setiap perbuatan baik dan buruk akan mendapatkan ganjaran di akhirat, baik itu berupa pahala untuk yang taat ataupun siksaan bagi pelaku kemaksiatan.

Sebagaimana Allah Swt. berfirman yang artinya:

“Adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, Maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas.” (TQS. al-Qari’ah 6-7)

Dalam Islam negara wajib hadir untuk senantiasa memupuk keimanan rakyatnya. Seorang pemimpin ibarat penggembala. Mereka akan merasa senang ketika menyaksikan rakyat yang dipimpinnya bahagia karena semua kebutuhannya terpenuhi. Sebagaimana seorang penggembala, adakalanya ia berada di depan rakyat untuk memimpin dan mengomandoi mereka.

Adakalanya ia berada di belakang rakyat untuk mengarahkan dan memberi perlindungan serta jaminan keamanan. Adakalanya ia berada di samping kanan kiri rakyat untuk mendampingi mereka agar tetap terjamin kebutuhan dan layanan yang diberikan.

Walhasil akan terbentuk generasi berkualitas, karena negara menyediakan fasilitas dan sarana yang memadai sehingga layanan pendidikan dan keamanan bisa berjalan dengan baik. Inilah kemuliaan jika sistem Islam dijadikan asas pengaturan dalam negara, akan mampu menjaga akal manusia dengan aturan yang bersumber dari Allah Swt.

Wallahualam bissawab

Rikhi Ferdian Herisetiana

LAINNYA