PULUHAN orang dari Asosiasi Pedagang Ayam (APA) menggelar aksi demontrasi di Kantor Bupati Tangerang, Selasa (21/10/2025). Mereka protes karena harga ayam melambung tinggi sehingga konsumen berkurang. Akibatnya mereka merugi.
Dalam aksinya, mereka membawa setidaknya 10 unit truk ayam beserta kandangnya. Mereka meminta pemerintah menstabilkan harga serta mengontrol peternak perusahaan besar.
“Harga sudah tidak masuk akal. Bahkan masyarakat lebih memilih beli daging sapi daripada ayam karena harganya sudah tidak jauh beda,” tegas Haerudin, Ketua Asosiasi Pedagang Ayam se-Kabupaten Tangerang, dalam orasinya.
Menurut Haerudin, harga ayam di tingkat peternak saat ini berkisar antara Rp23 ribu hingga Rp26 ribu. Setelah ditambah biaya transportasi atau modal, pedagang terpaksa menjual dengan harga Rp35 ribu sampai Rp40 ribu, hal ini membuat masyarakat enggan untuk membeli ayam potong.
Menurutnya, kondisi ini diperparah dengan persaingan tidak sehat dari merek-merek ayam beku ternama yang menjual lebih murah.
“Mereka bisa jual lebih murah karena punya ternak dan DOC sendiri. Kami jelas kalah,” keluhnya.
Haerudin mengungkapkan, banyak pedagang ayam potong di pasar-pasar tradisional yang mengalami kerugian besar akibat kondisi ini. Bahkan, ada anggota asosiasinya yang merugi hingga Rp300 juta dalam lima bulan terakhir.
“Semakin banyak dia motong ayam, semakin besar ruginya. Sudah ada yang bangkrut, rumahnya disita bank, bahkan ada yang sampai cerai sama istrinya,” ungkapnya.
Ia menegaskan bahwa mereka tidak bermaksud menentang peternak, melainkan hanya ingin harga ayam kembali stabil di angka Rp18 ribu di tingkat peternak.
Mereka pun mendesak pemerintah untuk turun tangan mengatasi masalah ini. Mereka meminta pemerintah memiliki data yang akurat terkait harga ayam di tingkat perusahaan besar dan pedagang kecil, serta mencegah adanya permainan harga yang merugikan pedagang kecil.
“Pemerintah harus ikut turun tangan Jangan sampai ada permainan harga yang merugikan kami,” tegasnya.