Liku-liku Memasuki Tahun Ajaran Baru

waktu baca 4 menit
Jumat, 11 Jul 2025 17:11 10 Rikhi Ferdian Herisetiana

Oleh: Erna Ummu Aqilah

Tahun ajaran baru akan segera dimulai, para orangtua murid, guru dan pihak-pihak terkait mulai mempersiapkan segala sesuatunya. Terutama para orangtua yang anaknya memulai sekolah di jenjang baru. Selain mencari sekolah yang dikehendaki, juga harus mempersiapkan berbagai keperluan mereka seperti, seragam sekolah, alat-alat tulis, dan lainnya.

Apalagi buat para orangtua yang memasukkan anak mereka ke pondok pesantren, tentu keperluannya lebih banyak lagi sebab harus berpisah dari orangtuanya. Pastinya biaya yang harus dikeluarkan juga lebih banyak lagi. Begitulah lika-liku yang terjadi saat memulai tahun ajaran baru.

Bagi mereka yang berkecukupan tentu tidaklah menjadi masalah, bisa memilih sekolah terbaik buat anak-anaknya. Akan tetapi bagi orangtua yang kurang mampu bahkan miskin, tentunya tahun ajaran baru merupakan hal terberat yang harus dihadapi. Sebab di tengah himpitan ekonomi yang sedang dialami, mereka dipaksa keras untuk bisa memenuhi kebutuhan sekolah anak.

Meskipun banyak sekolah-sekolah gratis, faktanya untuk bisa menyekolahkan anaknya teteplah orang tua harus punya biaya untuk kebutuhan penunjang. Jika tidak ada biaya maka tak jarang mereka memilih putus sekolah.

Masalah pendidikan saat ini bukan hanya soal biaya sekolah bagi para orangtua, tetapi masalah kurikulum yang bergonta-ganti setiap pergantian menteri pendidikan, kesejahteraan guru, kasus penganiayaan guru terhadap siswa, pelaporan orangtua karena tidak terima anaknya ditegur dan didisiplinkan, perundungan, juga kisruh penerimaan calon siswa baru, selalu menjadi berita hangat di setiap tahunnya.

Fakta-fakta di atas, merupakan buah dari diterapkannya sistem pendidikan berbasis sekuler yakni memisahkan agama dari kehidupan. Ketika manusia mencampakkan aturan Tuhannya, maka yang terjadi adalah kekacauan, kerusakan bahkan kehancuran.

Seperti yang beredar di berbagai media sosial, anak-anak sekarang lebih hafal nama-nama artis dari pada nama tokoh dan pahlawan, apalagi nama para sahabat Rasulullah Saw yang luar biasa hebatnya di saat mereka masih usia muda.

Alhasil yang jadikan idola dan kiblat serta cita-cita remaja sekarang adalah mereka yang firal di medsos.

Anak sekarang waktunya banyak dihabiskan untuk melihat medsos, sehingga mempengaruhi cara berpikirnya dan mengakibatkan mereka menjadi fomo. Apa yang menjadi trend baik itu pakaian, makanan, minuman, tontonan, riasan, bahkan pergaulan selalu berusaha untuk bisa diikuti. Mirisnya kebanyakan justru mengarah ke sisi negatif.

Kalau remaja sebagai penerus bangsa sudah terjangkit fomo, hobi rebahan, malas berfikir, ahlak buruk, pergaulan bebas, narkoba, tawuran, dan berbagai kerusakan lainnya, akan dibawa kemana masa depan bangsa tercinta ini?

Tentu sangatlah berbeda jika negara menerapkan sistem Islam, sebab aturan yang diberlakukan senantiasa bersumber dari dzat yang maha adil yakni Allah Swt. Karena dalam menciptakan bumi beserta isinya, Allah Swt juga menciptakan aturannya. Jika kita taat pastinya keberkahan akan kita dapatkan.

Allah Swt telah berfirman dalam Qur’an surat Al-A’raf ayat 96:

Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan ayat-ayat Kami, maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.

Saat negara menerapkan hukum Allah, pendidikan berbasis akidah akan menghasilkan remaja yang sehat, kuat, tangguh, cerdas, cakap, kreatif, mandiri, siap bersaing, sekaligus berakhlak mulia, sebagaimana para sahabat terdahulu.

Dalam Islam kesehatan, keamanan, kesejahteraan, maupun pendidikan merupakan kebutuhan pokok yang wajib terpenuhi per individunya. Oleh sebab itu negara berkewajiban memastikan semua bisa diperoleh secara mudah, murah bahkan gratis juga berkualitas.

Orangtua tidak lagi bingung soal pendidikan anak-anaknya. Guru akan memperoleh gaji yang besar, sehingga mereka hidup makmur dan bisa fokus mendidik tanpa dibebani biaya hidup. Semua itu bersumber dari pendapatan negara baik sumber daya alam dan lainnya, sebab dalam Islam sumber daya alam haram dikuasai individu, wajib hukumnya dikelola negara untuk kepentingan rakyatnya.

Selama kita masih mempertahankan sistem sekuler kapitalis, pendidikan berkualitas akan susah diwujudkan. Alhasil generasi penerus bangsa akan terus terpuruk dan rusak bahkan mengalami kehancuran.Hanya dengan kembali kepada syari’at Allah, kemudahan, kebahagiaan, ketenangan bahkan keberkahan akan terwujud.

Wallahu alam bishshawwab.

Rikhi Ferdian Herisetiana

LAINNYA