Trauma Banjir, Warga Kruwuk Tagih Aksi Nyata Janji Pemerintah dan Perusahaan

Joe
5 Sep 2020 11:35
4 menit membaca

KOTA CILEGON (SBN) — Warga Lingkungan Tegal Wangi Kruwuk, RT 03/07, Kelurahan Rawa Arum, Kecamatan Grogol, Kota Cilegon, menagih pemerintah dan perusahaan yang berjanji akan menyelesaikan persoalan banjir yang kerap melanda permukiman warga saat musim hujan. Warga terus mempertanyakan sejauh mana progres yang tengah dilakukan lantaran hingga saat ini  belum tampak tindakan nyata, padahal beberapa bulan ke depan akan tiba musim hujan.

Warga Kruwuk hingga kini masih dihantui rasa was-was, trauma, dan khawatir. Akibat banjir beberapa bulan yang lalu, banyak harta benda yang raib dan rusak terendam air dengan ketinggian hampir mencapai dua meter dan berlumpur. Kerugian materiel yang diderita warga mencapai ratusan juta rupiah, namun tidak ada kompensasi yang diberikan, baik oleh pemerintah maupun perusahaan.

Kondisi saat terjadi banjir awal April 2020 lalu.

Kondisi saat terjadi banjir awal April 2020 lalu.

Warga menuding banjir yang terjadi di Kruwuk akibat adanya alih fungsi lahan resapan menjadi industri, ditambah normalisasi saluran air yang buruk. Warga pun menunggu aksi nyata dari pemerintah dan pengembang perusahaan setempat. seperti PT Lotte Chemical Indonesia (LCI), PT Pelabuhan Cilegon Mandiri (PCM), dan PT Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC) dalam mencari solusi terhadap permasalahan lingkungan setempat.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPU-TR) Kota Cilegon Muhammad Ridwan mengatakan pihaknya bersama perusahaan terkait telah melakukan rapat koordinasi yang dipimpin langsung oleh Sekda Kota Cilegon dalam mencari solusi banjir di Kruwuk. Menurut Ridwan, berdasarkan kesepakatan bersama, normalisasi berupa pelebaran dan pendalaman sungai rencananya akan dilakukan pada September 2020 ini.

“PCM sudah menyiapkan tanahnya. Alat berat untuk pengerukan Lotte yang menyiapkan,” ujarnya saat ditemui Wartawan,  Senin (31 Agustus 2020).

Ridwan menuturkan, pelebaran kali pun rencananya akan ditambah, yang tadinya 6 meter menjadi 12 meter. Pihaknya juga telah memberikan saran agar dibuat sodetan baru yang berfungsi menghindari benturan air yang datang dari utara dan selatan yang akhirnya meluap ke permukiman warga.

Humas PT Lotte Chemical Indonesia Nurman Hakim menuturkan, penanganan banjir bukan hanya mencakup daerah Kruwuk, melainkan lebih luas, baik dari hulu maupun hilir saluran air. Untuk mengatasi permasalahan di hulu akan dibuatkan tandon seluas dua hektare oleh Pemkot Cilegon, sedangkan permasalahan di hilir menjadi tugas PTPCM, PT KIEC, dan PT LCI.

“Semoga tidak ada hambatan dan semoga bisa kita kerjakan. Perencanaan sudah digodok dan tinggal dilaksanakan. Semoga di bulan September ini sudah mulai ada pergerakan,” tuturnya.

Ia menambahkan, saluran air di bagian utara proyek pembangunan Lotte akan dilebarkan seluas 12 meter. Lahan saluran air di bagian timur masih ada 18 meter yang masih belum digunakan dan masih belum ada rencana pembuatan drainase. Untuk penambahan sodetan baru yang diusulkan DPU-TR untuk mencegah benturan air, pihaknya menyebut masih dalam tahap penggodokan.

“Bisa nanti berbentuk sodetan atau seperti apa, bisa berupa gorong-gorong, tapi lahan diatasnya tetap ada. Itu masih kita konsep,” katanya.

Ia mengatakan, akibat terbentur pandemi covid-19 untuk saat ini belum ada aktivitas berat yang dilakukan PT Lotte, masih sekadar perataan pasir dan tanah urukan. Mengenai permintaan warga untuk dibuatkan tandon di lahan PT LCI, Nurman mengaku belum ada perencanaan.

“Justru PT KIEC yang disuruh menyiapkan lahan yang nantinya juga buat nampung air,” pungkasnya.

Ketua RT 03/07 Kelurahan Rawa Arum Nasehudin terus mendesak aksi nyata pemerintah dan perusahaan setempat dalam mengatasi persoalan banjir di kruwuk. Ia meminta agar PT Lotte yang dikabarkan memiliki luas lahan sekitar 150 hektare itu memberikan satu persen saja untuk pembangunan tandon yang berfungsi sebagai penampung dan transit air.

“Itu bagian kecil sebagai pengganti resapan air yang hilang karena penyediaan fasilitas umum harusnya menjadi tanggung jawab perusahaan,” tandasnya, Sabtu (5 September 2020).

Tak hanya itu, ia pun meminta kepada pemerintah daerah dan PT KIEC untuk serius dalam menghubungkan Kali Grogol dan Kali Wadas yang telah sekian lama buntu. Akibat kebuntuan itu, kata Naseh, air dari Kali Grogol tersebut meluap ke permukiman warga dan menyebabkan banjir.

“Masyarakat sebetulnya sudah lama memperjuangkan hal itu, tapi hingga saat ini belum ada solusi dengan permasalahan lahan,” tutupnya. (Restu/Atm)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan