Cuma Pakai HP, Nurul Aini Terbitkan 4 Novel Selama Pembelajaran Daring

Joe
21 Sep 2021 09:37
2 menit membaca

SERANG (SBN) — Nurul Aini, siswi kelas III di Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Matlaul Anwar, Pasir Durung, berhasil menerbitkan 4 novel karyanya sendiri.

Remaja asal Kampung Cimoyan, Desa Bungur Copong, Kecamatan Picung, Kabupaten Pandeglang, itu menulis semua novelnya menggunakan ponsel cerdas (smart phone) yang dibelikan ayahnya untuk menunjang pembelajaran daring selama pandemi covid-19.

Siswi yang memiliki nama pena Aini Rahmat itu mengatakan mulai serius menulis sejak tahun 2020, saat pembelajaran daring diterapkan di sekolahnya.

“Mulai suka menulis itu tahun 2019, tapi baru belajar dasar-dasarnya. Mulai benar-benar serius menulis itu tahun 2020 karena kan waktu luangnya banyak, pas ada daring. Kadang, ngisi waktu luang pas selesai ulangan itu dengan nulis-nulis,” katanya saat ditemui di kediamannya, Selasa (21/9/2021).

Saat ini, lanjut Aini, ia telah berhasil menerbitkan 4 buah novel dan 3 buah cerita yang ia publikasikan melalui situs web.

“Pertama Sejarah Cinta ini self publising. Yang kedua Dokter, Cita-cita, Cinta dan Rahasia, yang ketiga Sesat, dan yang keempat judulnya Bulan Berandal,” urainya.

Tak hanya itu, saat ini ia pun tengah menggarap 3 novel lainnya yang tak lama lagi akan diterbitkan.

“Judulnya A Women di lintang semesta publiser, yang kedua judulnya Nostalgia SMA Tahun 1990, dan satu lagi di grup mY Book judulnya Tragedi Gunung Karang,” imbuhnya.

Selama menggarap seluruh karyanya menggunakan ponsel, Aini mengaku mendapatkan banyak kesulitan. Kendati demikian ia tidak bisa berbuat banyak lantaran terkendala masalah ekonomi.

“Tulisannya itu kecil, kurang leluasa kalau ngetik. Kadang pusing juga karena terlalu dekat sama mata. Susah mau koreksinya juga,” imbuhnya.

Selain itu, Aini juga saat ini mengaku kesulitan dalam hal memasarkan produk-produknya.

“Kesulitan itu di pemasaran, karena kan harga buku itu enggak murah. Jadi, kita itu mati-matian cari pembeli. Kalau kita enggak dapat pembeli, ya, enggak diterbitkan. Jadi, sia-sia aja nulis kalau enggak diterbitkan,” keluhnya.

Lebih lanjut Aini berharap agar ia bisa membeli laptop agar bisa lebih leluasa dan lebih produktif lagi dalam menumpahkan imajinasinya.

“Pengen jadi lebih baik lagi, lalu ada fasilitas lebih baik lagi untuk bikin novel, seperti laptop, kacamata ultraviolet, dan tempat yang nyaman untuk nulis. Selama ini nulis di mana aja yang nyaman. Seringnya di sini, di ruang keluarga. Enggak di kamar karena enggak punya kamar,” pungkasnya. (Hendra)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan