Kembalikan Kruwuk Seperti Sedia Kala

Ramzy
8 Mei 2020 15:49
3 menit membaca

CILEGON (SBN) – Peristiwa memilukan terjadi pada warga Link. Tegal Wangi Kruwuk RT 03-04 RW 07, Kelurahan Rawa Arum, Kota Cilegon, Banten. Akibat banjir bandang, pada Senin, 4 Mei 2020, puluhan rumah warga terendam air hingga hampir mencapai 2 meter. Tercatat kerugian yang didapati warga tembus hingga di angka ratusan juta rupiah.

Tak hanya itu, kampung dengan jumlah sekira 350 penduduk yang terdampak ini, kini telah menjadi lokasi rutin terjadinya banjir. Warga sangat menyayangkan kondisi lingkungan yang saat ini terjadi dan berubah jauh dari kelayakan. Warga yang terdampak banjir, sejatinya bukan menginginkan materi dan sembako dari pabrik dan pemerintah setempat. Karena untuk mendapatkan sembako dan materi, warga bisa mencarinya dengan keringatnya sendiri.

Warga hanya meminta kepada penguasa selaku pemegang kebijakan untuk mengembalikan kondisi lingkungan seperti sedia kala. Tergambar kala itu kehidupan warga begitu damai dan tentram. Banjir terjadi kala itu, apabila hujan mengguyur permukiman warga berlangsung dalam durasi waktu yang cukup lama. Meskipun banjir, namun dampaknya tidak separah dan sedahsyat yang saat ini tengah dirasakan warga.

Sebelum ada proyek pengurugan tandon alami/persawahan, di kala hujan deras, resapan air terbentang luas. Sebelum saluran air tertumpuk dengan gundukan tanah merah, air pun dapat mengalir bebas tanpa terhalang oleh sekat atau pembatas.

Kini saluran dan resapan air yang berhektar-hektar itu pun telah tiada. Warga merasa kecolongan atas tindakan oknum yang selalu mengatasnamakan rakyat. Mereka dengan teganya menjual nama masyarakat demi meraup keuntungan besar secara pribadi.

Kini permukiman warga tersebut telah menjadi layaknya kobakan penampung air kiriman dari Kecamatan Grogol dan Citangkil. Terlebih jika pintu air dari waduk Krenceng dibuka akibat debit air yang penuh. Otomatis air menerobos masuk dan meluap ke permukiman warga.

Sungguh ironisnya, saat banjir kampung kami layaknya lautan tanpa daratan yang nampak. Dulu kampung kami, saat dilanda hujan besar tak ada banjir separah dan sedahsyat ini. Sebelum ada proyek tersebut, ketika hujan datang kami bisa tidur nyenyak sambil menikmati suara rintikan air yang merupakan anugerah dari sang maha pencipta.

Musim penghujan saat ini dan dulu sunguh jauh berbeda. Di kala musim penghujan dulu, saat saya masih kecil kalinya sangat asik untuk berenang atau biasa kami menyebutnya dengan “kabjuran”. Bersama teman-teman, kami berenang di kali kruwuk, gurun cindek dan gurun dawe. Diiringi dengan permainan getek, yang terbuat dari gedebong pisang, mewarnai kebahagiaan.

Sungguh kenikmatan tiada tara di kala itu, saat di masa kami kecil dulu. Kenangan yang masih terngiang dan sampai akhir hayat pun mungkin tak bisa kami lupakan.

Namun, saat ini ketika musim penghujan tiba, rasa takutlah yang kerap menghantui kami. Terlebih jika hujan deras mulai turun membasahi permukiman kami. Disitulah pertanda tidur kami mulai terganggu, dengan rasa was-was kami berupaya menyelamatkan jiwa dan harta benda kami.

Warga Kampung Tegal Wangi Kruwuk tidak menuntut sesuatu yang aneh-aneh. Warga hanya meminta hak kelayakan hidupnya terpenuhi. Sebuah kalimat sederhana yang menjadi harapan kami, yakni “kembalikan kampung kami seperti sedia kala”.

Semoga oknum yang selalu mengatasnamakan masyatakat, namun untuk kepentingan individu dan mementingkan perut sendiri diberikan hidayah oleh Allah SWT. Namun jika hidayah tak kunjung datang, maka itulah kewenganan Allah SWT yang mampu memberikan azab yang setimpal.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.

———————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————

Penulis : Firman Sudarsa

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan