ads

Wanita Sosok Mulia Jangan Mau Terhina

waktu baca 3 menit
Rabu, 4 Sep 2024 10:33 0 47 Rikhi Ferdian Herisetiana

Oleh: Erna Ummu Aqilah

Ibu merupakan sosok mulia, di mana Allah menaikkan derajatnya tiga tingkat dibandingkan sang ayah.
Sebab harus mengalami berbagai kesulitan, saat mengandung harus bersusah payah dengan tubuh yang lemah, ketika melahirkan harus bertaruh nyawa, sulitnya menyusui bahkan harus terbangun di tengah malam ketika anak kelaparan dan kehausan.
Ditambah lagi tugas sebagai pendidik pertama, sekaligus mengatur kondisi dalam rumah tangga agar semua berjalan sebagaimana mestinya.

Bahkan dalam sebuah Hadits kita telah diingatkan.
“Seorang datang kepada Rasulullah Saw berkata, “wahai Rasulullah, kepada siapa aku harus berbakti pertama kali? Nabi menjawab “ibumu!” Dan orang tersebut kembali bertanya, kemudian kepada siapa lagi? Nabi menjawab “ibumu!” Dan orang tersebut kembali bertanya, kemudian siapa lagi? Nabi menjawab “ibumu!” Orang tersebut bertanya kembali, kemudian siapa lagi? Nabi menjawab “kemudian ayahmu!”(HR Al Bukhari dan Muslim).
Sungguh Islam begitu memuliakan seorang wanita, terutama sosok ibu.

Namun sistem kapitalis sekuler yang berlaku saat ini, telah berhasi mendorong sosok mulia ke jurang yang hina. Sistem ini melahirkan berbagai ide yang merusak sehingga perempuan banyak yang menyalahi kodrat hanya alasan emansipasi wanita.

Alih-alih membuat wanita semakin maju dan mulia, justru sebaliknya. Lambat laun ide yang muncul dari sistem ini, justru mengikis naluri keibuan. Wanita dipaksa keluar rumah untuk mencari nafkah buat keluarga, bahkan ada yang sampai rela mengadu nasib di negri tetangga, meskipun harus terpisah dengan keluarga di waktu yang cukup lama.

Akibatnya anak kehilangan sosok ibu yang biasa menjaga dan menyayanginya, dan tak jarang menjadikan perempuan lelah di luar rumah, dan ketika kembali sudah tidak ada tenaga untuk menjalankan kewajibannya. Tak jarang ketika suami menuntut haknya, terjadilah konflik yang berujung pada kdrt, bahkan perceraian. Selain hancuranya rumah tangga anak yang jadi korbannya.

Wanita ingin memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan kaum pria, padahal Allah SWT telah memberikan hak dan kewajiban sesuai porsinya. Tidak mungkin harus disamaratakan semua.

Islam mengatur kewajiban mencari nafkah ada pada suami, karenanya negara wajib menyediakan lapangan pekerjaan bagi kepala keluarga. Negara memastikan semua rakyat mampu memenuhi kebutuhan hidup anggota keluarganya.
Negara juga menerapkan pendidikan berbasis akidah Islam, sehingga mencetak generasi yang unggul, cakap, mandiri, cerdas, sekaligus berakhlak mulia.

Memastikan media yang ada sesuai dengan fungsinya, sebagai alat informasi sekaligus mengedukasi masyarakat bukan sebaliknya. Juga memastikan hukum berjalan sebagaimana mestinya, karenanya akan diberikan sanksi tegas kepada siapa saja yang melanggarnya.

Islam memberikan hak talak ada pada suami, namun juga memberikan hak menggugat pada sang istri. Islam memberikan tanggung jawab yang besar pada suami, yakni menjaga diri dan keluarganya dari siksa api neraka. Islam juga memberikan hak waris yang lebih besar pada pria dibandingkan wanita, sebab dia harus bertanggung jawab penuh kepada keluarga sekaligus orangtuanya. Tak kalah penting yaitu kewajiban berjihad membela kehormatan agama dan negara.

Namun Islam memberikan kewajiban pada istri, untuk berbakti dan taat pada suami dalam hal ketaatan kepada Allah SWT. Juga mengurus, sekaligus mendidik anak-anaknya, menjaga harta serta kehormatan diri, keluarga dan suaminya. Namun mendapatkan hak untuk dinafkahi, disayangi, dihormati, dimuliakan dan lainnya, semua telah mendapatkan tanggung jawab sesuai kapasitasnya.

Namun Islam memberikan kewajiban yang sama bagi kaum pria maupun wanita, yakni ketaatan kepada Allah SWT, seperti ibadah, menuntut ilmu, berdakwah, amal makruf nahi mungkar dan lainnya.

Begitu adilnya Islam dalam mengatur antara hak dan kewajiban bagi pria maupun wanita. Bukan menuntut sama rata , sebab kita itu diciptakan Allah SWT beserta aturannya. Janganlah kita menjadi sombong dengan membuat aturan sendiri, sehingga akan menjerumuskan kita kejurang kehancuran dan kehinaan.

Saatnya kita sadar dan perbaiki diri, dengan kembali pada aturan Illahi Rabbi yang Maha suci. Agar kita tetap terjaga selamat di dunia dan akhirat aamiin.
Wallahu alam bishshawwab.

Rikhi Ferdian Herisetiana

Baca juga

LAINNYA