Nilai-Nilai Islam dalam Pancasila untuk Bangkitkan Nasionalisme

Joe
5 Agu 2020 10:09
3 menit membaca

KOTA SERANG (SBN) — Bukan sekali dua kali diletupkan isu bahwa Pancasila adalah togut, musuh Islam. Kelompok tersebut melakukan upaya masif untuk membenturkan Islam dengan Pancasila, padahal sudah jelas nilai-nilai Islam tertuang dalam setiap butir pancasila. Demikian dikatakan Ketua Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem) Kota Serang Dimas Pradipta Assuhada saat menggelar webinar nasional dengan tema “Islam, Pancasila, dan Nasionalisme” pada Senin, (03/08/2020) malam.

Dimas menyebut, perlu disadari mulai terkikisnya jiwa nasionalisme dan ideologi bangsa di dalam jiwa-jiwa manusia Indonesia. Karena itu, sebagai salah satu elemen bangsa, Repdem perlu menginisiasi kembali rasa nasionalisme.

“Sudah bukan rahasia lagi, terkikisnya rasa nasionalisme Indonesia itu akibat datangnya ideologi-ideologi impor. Makanya, kita gelar acara ini agar semua paham keterkaitan Islam, Pancasila, dan Nasionalisme,” katanya di sela-sela diskusi.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) Wilayah I Usman Umar mengungkapkan, Pancasila adalah pengejawantahan serta cerminan nilai-nilai Islam sehingga salah besar jika masih ada kalangan intelek yang membenturkan agama Islam dengan pancasila.

“Kita lihat nilai-nilai itu seluruhnya mengandung ajara agama. Sila pertama. ‘Ketuhanan yang Maha Esa.’ Sila ini mengajarkan ketauhidan yang terekam dalam Al-Qur’an surat Al-Ikhlas,” ungkapnya.

Sila kedua, ‘Kemanusiaan yang Adil dan Beradab’, adalah pengejawantahan nilai-nilai kemanusiaan yang terdapat dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa ayat 135, yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegaj keadilan, menjadi saksi karena Allah SWT terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu, jika dia (yang terdakwa) kaya atau miskin maka Allah lebih tahu kemaslahatan, maka janganlah kami mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka ketahuilah Allah maha teliti terhadap segala apa yang kamu kerjakan.”

“Kita harus bangga kepada para pendiri bangsa yang tidak sembarangan dalam meletakkan susunan Pancasila,” terangnya.

Sila Ketiga, lanjutnya, ‘Persatuan Indonesia’. Prinsip persatuan merupakan tonggak awal dalam membangun bangsa Indonesia di tengah keragaman suku, budaya, bahasa, dan agama. Terlebih, al-Qur’an telah memerintahkan manusia untuk bersatu dan menghindari perpecahan.

“Sila ini cerminan dari surat Al- Hujurat ayat 13 yang artinya ‘wahai manusia sesungguhnya aku menciptakanmu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal,” ujarnya.

Selanjutnya, Pendiri Ponpes Baitul Hilmi Ciputat itu menegaskan sila keempat, ‘Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan’ tercermin dalam Al-Qur’an surat As-Syura ayat 38, yang artinya, “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Rob-nya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan Musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka.”

Terakhir, sila kelima, ‘Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia’. Sila ini pengejawantahan Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 58, yang artinya “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya. Dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukun diantara mansusia supaya kamu menetapkan dengan adil, sesungguhnya allah maha mendengar lagi maha melihat,”

“Saya yakin, pendiri bangsa Indonesia ketika menjadikan Pancasila sebagai dasar negara tidak lepas untuk meminta petunjuk kepada Allah SWT,” tandasnya. (Hendra/Atm)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan