Takut Terpapar Corona, KSPN Serang Minta Pemerintah Tidak Tebang Pilih

Ramzy
1 Apr 2020 09:50
2 menit membaca

KABUPATEN SERANG (SBN) – Meningkatnya pasien yang terinfeksi virus corona atau covid-19 membuat pemerintah gencar menghimbau masyarakat untuk tetap berada di rumah dan mengurangi aktivitas di luar rumah. Selain itu aparat penegak hukum juga tengah gencar menghimbau agar tidak ada kerumunan-kerumunan massa, bahkan sampai membubarkannya.

Beberapa instansi pemerintahan juga sudah memberlakukan sistem kerja di rumah atau work from home (WFH). Selain itu sekolah-sekolah juga sudah diliburkan.

Namun, hal tersebut tidak berlaku kepada kaum buruh pabrik, meski saat ini penyebaran virus semakin masif, tetapi buruh tetap masuk kerja.

Ketua DPD Konfederasi Serikat Pekerja Nasional (KSPN) Kabupaten Serang, Muhammad Juhyani menilai kebijakan tersebut tidak berpihak terhadap buruh, melalui aparat kepolisiannya kerumunan massa dibubarkan, akan tetapi di lingkungan pabrik yang terdapat kerumunan jumlah buruh yang begitu besar tetap diharuskan bekerja.

“Saat ini kerumunan massa dilarang, sekolah dan kantor-kantor pemerintahan diliburkan. Bahkan masjid ada yang tidak selenggarakan salat Jumat dan salat berjamaah, hajatan dibubarkan paksa, masyarakat diminta di rumah saja untuk memutus rantai penyebaran virus corona. Tetapi pabrik-pabrik tidak dipaksa diliburkan dan jutaan pekerja buruh Indonesia keluar rumah untuk tetap bekerja. Tak dianggap manusia kah pekerja buruh itu sehingga tidak dipedulikan keselamatan dan kemanusiaanya?,” kata Juhyani, Rabu, 1 April 2020.

Ia menambahkan, pemerintah seharusnya jika memang benar mau memutuskan rantai penyebaran, jangan nanggung. Jadi jangan kalau mau meliburkan jangan pilah pilih. Menurutnya, kalau hanya sebagian saja yang diharuskan berada di rumah sementara anggota keluarga yang lain tetap bekerja, media penyebaran virus masih tetap ada.

“Kami buruh sendiri juga butuh keselamatan dan pelindungan, karena buruh juga tidak akan kebal corona.  Apalagi ketika mereka berangkat dengan angkutan umum, dengan banyaknya orang yang berdesakan. Maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi penyebaran virus. Kan kita tidak tahu siapa yang sudah kena atau belum. Selain itu, di dalam pabrik juga karyawannya ribuan,” ujarnya.

Pihaknya menuntut kepada pemerintah, demi keselamatan dan kemanusiaan para buruh untuk meliburkan pekerja buruh Indonesia.

“Kerumunan buruh di pabrik sepatu, konveksi dan hampir semua pabrik jauh lebih banyak daripada orang hajatan, tablig akbar, massa bahkan konser musik. Jadi di pabrik resiko penularannya lebih rentan.  Apakah efektif meliburkan anak-anak sekolah tetapi bapak ibunya tetap bekerja dengan kerumunan orang?. Kalau mau memutus rantai penyebaran covid 19 seharusnya dilakukan serentak,” tegasnya.(Hendra/Zie)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan