Tim Penanganan Banjir Ciwandan Belum Ada Aksi, Warga Turun Tangan Sendiri

Joe
21 Jan 2021 17:39
2 menit membaca

CILEGON (SBN) — Meski tim penanganan banjir yang dibentuk dalam rapat antara warga terdampak (Ciwandan) dan pihak pemerintah (Dinas PUTR) serta industri, hingga kini belum ada aksinya. Hal tersebut membuat anggota DPRD dari Komisi II kecewa dan mempertanyakan realisasi tindakan tim tersebut.

Politisi dari partai Demokrat yang juga anggota Komisi II DPRD Cilegon, Ibrohim Aswadi, mempertanyakan penyebab lambatnya tindakan penanganan tersebut. Dia juga meminta tim penanganan banjir yang sudah dibentuk dan diketuai Kepala Dinas PUTR itu segera merealisasikan hasil rapat yang telah disepakati.

“Tim susah dibentuk, tapi sudah dua minggu ini tidak ada yang dikerjakan,” kata Ibrohim di ruang aspirasi MIA, Kamis (21 Januari 2021).

Ia menambahkan, program jangka pendek yang sudah disepakati dengan warga sampai detik ini belum ada langkah konkretnya, seperti pengerukan lumpur dan pelebaran bahu kali. Padahal, seharusnya persoalan itu segera ditangani karena saat ini sudah memasuki puncak musim hujan dan dikhawatirkan akan terjadi banjir bandang.

“BMKG pusat susah menyampaikan informasi terkait kewaspadaan dalam menghadapi cuaca ekstrem di puncak musim hujan ini karena berpotensi banjir bandang dan tanah longsor,” tegasnya.

Oleh karena itu, Ibrohim mendesak tim penanganan banjir segera bekerja bersama-sama masyarakat.

Sementara itu, Mamak, Ketua RT 001/004 Lingkungan Pintu Air, Kelurahan Kubangsari, merasa kecewa atas lambatnya penanganan persoalan banjir, padahal puncak musim hujan sudah di depan mata dan persoalan banjir sudah menjadi persoalan lama yang belum teratasi.

Lantaran kecewa menunggu, Mamak bersama warganya berinisiatif untuk turun tangan sendiri melakukan pengerukan lumpur seadanya untuk meminimalkan banjir yang kerap terjadi di lingkungannya.

“Nonggoni tim sue. Kerunye warga (Menunggu tim kelamaan. Kasihan warga),” katanya.

Dengan cara manual, warga pun bergotong royong membersihkan lumpur dan gorong-gprong di bawah rel kereta api agar aliran air menjadi lebih besar.

Walaupun seadanya dan tidak maksimal, Mamak berharap gotong royong yang dilakukan bersama warganya itu dapat memperlancar aliran untuk sementara, sambil menunggu langkah selanjutnya. (Wawan/Atm)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan