Masalah Industri Modifikasi Lokal Saat Dolar ‘Ngamuk’

Redaksi
13 Sep 2018 23:55
2 menit membaca

JAKARTA; SBN — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang belum stabil juga berdampak kepada industri modifikasi. Harga komponen mendadak naik, terutama produk impor.

Menurut pendiri National Modificator & Aftermarket Association (NMAA) Andre Mulyadi, pihaknya saat ini mengarahkan para pelaku industri atau pun pemodifikasi untuk lebih memanfaatkan komponen buatan lokal. Hal tersebut diharapkan dapat membuat industri modifikasi menggeliat meski dolar tidak bersahabat.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS saat ini diketahui sudah menguat sampai Rp14.800-an setelah sebelumnya “mengamuk” nyaris Rp15.000.

“Sedikit mempengaruhi, makanya kami mendorong industri lokal,” kata Andre saat ditemui di bilangan Jakarta Selatan, Rabu (12/9).

Kata Andre nilai tukar rupiah sangat mempengaruhi harga jual komponen modifikasi impor. Namun dia tidak dapat menyimpulkan seberapa besar kenaikan harga sebagai dampaknya.

Tidak hanya itu Andre pun menyebut tarif pajak baru untuk impor juga memberi pengaruh terhadap kenaikan harga perangkat modifikasi saat ini.

“Harga parts itu pasti ikut dolar, jadi semua menyesuaikan dengan kurs. Kecuali [penjual] ini belinya sebelum dolar naik, jadi harga ke konsumen tentu masih sama,” katanya.

Walau sedang diupayakan, lebih mengarahkan pemanfaatan industri modifikasi lokal ada keterbatasannya. Salah satu alasannya, ungkap Andre, karena Indonesia belum bisa membuat komponen modifikasi yang berhubungan dengan teknologi.

Jadi misalnya komponen seperti turbocharger, bagian mesin, dan rem tetap harus impor. Sementara industri modifikasi lokal hanya bisa membuat komponen untuk interior dan eksterior.

“Tapi kalau untuk kualitas kami itu tidak kalah, kami sudah buktikan waktu pameran di Jepang mereka tertarik dengan produk lokal kami. Secara SDM [Sumber Daya Manusia] juga kan lebih murah jadi bisa fight dengan produk luar,” kata Andre. (cuy/net)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan