Tahun Baru Imlek di Vihara Caga Sasana Panongan Sepi Angpau

2 menit membaca

KABUPATEN TANGERANG (SBN) — Perayaan Tahun Baru Imlek 2572 yang bertepatan dengan 12 Februari 2021 berlangsung di Vihara Caga Sasana, Kampung Cukang Galih, Desa Ciakar Kecamatan Panongan, Kabupaten Tangerang. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, perayaan tahun ini sepi dari tradisi angpau.

Salah seorang pengurus Vihara Caga Sasana, Koh Yendy, mengatakan, tahun 2021 yang masih berada dalam masa pandemi ini tentunya berbeda dengan tahun sebelumnya yang diwarnai dengan kedatangan dan penghormatan banyak umat.

“Kita memang sudah menyebarkan poster dari awal memberi informasi bahwa vihara ini tutup untuk sementara. Cuma, kita tentu tidak mungkin menyuruh umat yang sudah datang dan masuk untuk pulang,” ungkapnya, Jumat 12 Februari 2021.

Ia menjelaskan, umat yang datang diperbolehkan untuk bersembahyang dengan menerapkan protokol kesehatan, seperti mencuci tangan dengan hand sanitizer, pengecekan suhu tubuh, menjaga jarak dan umat wajib memakai masker.

“Jika umat yang datang lupa memakai masker, kita juga sudah siapkan,” jelasnya.

Yendy mengungkapkan, Klenteng Mandala Avalokitesvara untuk saat ini hanya cukup menampung sekitar 15-20 orang yang hendak bersembahyang, sementara pada tahun sebelumnya mencapai 30-40 orang. Pada tahun ini memang diatur dengan cara bergantian antara umat yang sudah selesai sembahyang dengan yang baru saja datang. Ada aktivitas yang dikurangi, seperti penampilan barongsai yang biasanya diadakan pada malam hari sebelum Imlek.

“Umat yang masih anak-anak tentu suka dengan penampilan barongsai. Tapi, tahun ini ditiadakan,” jelasnya.

Kemudian, lanjutnya, untuk aktivitas berbagi angpau dari pengurus mandala juga tidak ada. Saat ini hanya beberapa pengunjung yang memberikan angpau kepada penjaga kelenteng.

“Tahun ini tidak ada pembagian angpau dari pengurus karena menghindari kerumunan,” tandasnya.

Dia juga mengungkapkan, pembagian angpau pada tahun-tahun sebelum pandemi covid-19 pun memang tidak diwajibkan karena itu termasuk tradisi.

Klenteng ini berdiri sejak tahun 2010 dengan jumlah pengurus sekitar 10-15 orang dengan seksi persembahyangan berjumlah 5-6 orang yang bertugas secara bergantian.

“Umat agak ramai semalam, tapi hari ini sudah mulai sepi,” ungkapnya. (Restu/Atm)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan