Sesak Napas Belasan Santri di Pasar Kemis, Dewan Desak Pemkab Tangerang Turun Tangan

Ramzy
3 Sep 2019 21:30
4 menit membaca

TANGERANG (SBN)-, Sesak napas yang dialami belasan santri Ponpes Nurul Hikmat Kampung Bugel, Desa Pangadegan, Kecamatan Pasar Kemis sudah 2 kali terjadi. Dua kali pula Puskesmas Pasar Kemis harus memberi penanganan medis. Ironisnya, antara peristiwa pertama dan kedua berjarak kurang dari seminggu.

Santer beredar kabar bahwa aktivitas 3 perusahaan yang berdekatan dengan lingkungan ponpes itu diduga adalah penyebabnya. Tiga perusahaan itu adalah CV. NAC (perusahaan kimia), PT. HMJA (pabrik penyulingan oli), dan PT. CKL (pabrik pengolahan oli bekas).

Meski sudah 2 kali terjadi, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Tangerang belum dapat memastikan penyebab sesak napas para santri. Padahal, DLHK mengklaim sudah mengambil sampel air, tanah, dan udara guna memastikan penyebabnya.

DLHK juga mengaku sudah memeriksa lapak-lapak pada radius 500 meter dari ponpes itu. DLHK beralasan, sampel harus melalui uji laboratorium. Dan uji laboratorium memerlukan waktu.

Oleh karena itulah DPRD Kabupaten Tangerang bereaksi. Dewan meminta agar DLHK memeriksa pabrik di sekitar Ponpes. Tak hanya DLHK, Dewan juga meminta Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang turun tangan.

“Pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk mengecek seluruh bagian dari pabrik tersebut. Pemeriksaan boleh-boleh saja, demi kepentingan masyarakat,” kata Akmaludin Nugraha, politikus PDI Perjuangan yang saat ini menjadi pimpinan sementara DPRD Kabupaten Tangerang, Selasa (3/9/19).

Akmal mengatakan, tujuan pemeriksaan pabrik adalah untuk mengetahui apakah limbahnya berbahaya atau tidak. Dan seperti apa penanganan limbahnya.

“Pemerintah daerah harus mengetahui,” tegasnya.

Akmal juga meminta kepala desa setempat menginventarisir seluruh pabrik di sekitar pondok pesantren. Upaya itu, kata dia, sebagai langkah lanjutan dugaan limbah ketiga pabrik itu mencemari atau tidak.

“Sesegera mungkin pihak desa berkoordinasi dengan pihak terkait untuk melakukan tindak lanjut,” ucapnya.

Desakan senada disampaikan anggota DPRD  Kabupaten Tangerang Fraksi Golkar Muhammad Amud. Dia mendesak perangkat daerah  memeriksa ketiga pabrik itu.

Amud juga mengimbau warga untuk menggunakan masker. Hal itu, kata Amud, karena menunggu hasil pemeriksaan laboratorium yang belum juga keluar. Sehingga pemakaian masker sebagai bentuk antisipasi.

“Karena hingga kini penyebabnya belum diketahui karena masih dalam proses penelitian dan identifikasi,” tukasnya.

Sementara itu, beberapa warga mulai mempertanyakan hasil uji laboratorium yang dilakukan DLHK Kabupaten Tangerang. Masyarakat ingin tahu penyebab terjadinya keracunan yang sudah terjadi sebanyak 2 kali.

Pemeriksaan ketiga pabrik itu dan langkah konkret DLHK Kabupaten Tangerang dan juga Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang sangat dinantikan masyarakat. Pasalnya, bila disandingkan dengan data yang didapat dari 3 klinik di lingkungan itu dan juga data dari Puskesmas Pasar Kemis, jumlah penderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) terbilang tinggi.

Kami menggali informasi mengenai jenis penyakit yang kerap dikeluhkan warga di desa itu. Kami menghimpun data di 3 klinik yang berada di kampung itu yakni klinik Bidan Suhanah, Bidan Reni, dan Bidan Irma.

Dari 3 klinik itu, diperoleh data bahwa angka pengidap penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) cukup tinggi. Mayoritas penderita adalah anak usia di bawah 5 tahun.

“Penderita ISPA mayoritas anak berusia di bawah lima tahun yang berdomisili di Kampung Bugel,” demikian kata bidan Suhanah kepada kami, Senin (2/9/19).

Angka anak yang menderita ISPA di 3 klinik itu pada bulan Juli 2019 sebanyak 99 anak. Angka itu meningkat pada bulan Agustus 2019 yakni mencapai 153 anak.

Angka penderita ISPA dari 3 klinik itu ternyata relevan dengan data anak yang menderita ISPA di Puskesmas Pasar Kemis. Kepala Puskesmas Pasar Kemis dr. Salwah mengatakan, dari 10 penyakit besar, penderita penyakit ISPA meduduki urutan kedua setelah penyakit hipertensi.

“Terhitung di Bulan Juli 2019 tercatat penderita ISPA sebanyak 129 pasien dan bulan Agustus 2019 terdapat 211 pasien,” tukasnya.

Seperti halnya data yang didapat dari 3 klinik, data dari Puskesmas Pasar Kemis pun menunjukkan tren peningkatan penderita hanya dalam durasi waktu 1 bulan.

Bahkan pada tahun 2018, kata. dr. Salwah, penyakit ISPA menduduki urutan kedua dengan jumlah pasien sebanyak 1636 orang. Adapun urutan pertama tetap penyakit hipertensi dengan jumlah pasien sebanyak 1917 orang.

Namun seperri halnya DLHK, Kepala Puskesmas Pasar Kemis dr. Salwah juga belum dapat memastikan penyebabnya.

“Entah penyebabnya belum kami ketahui, masih misterius,” ucapnya. “Tentunya dalam hal ini yang menyebabkan sesak napas tersebut masih belum diketahui,” dr. Salwah menambahkan.

Kami masih berusaha mendapat keterangan dari DLHK Kabupaten Tangerang dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang terkait peristiwa ini. (Restu/Sadi/Don).

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan