Khawatir Banjir dan Luapan Lumpur, Alasan Warga Tolak Proyek Gheothermal Padarincang

Ramzy
6 Sep 2019 15:15
3 menit membaca

Ikmaludin

SERANG (SBN)-, Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (geothermal) di Desa Batukuwung, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang menuai penolakan. Warga khawatir proyek itu menyebabkan kerusakan lingkungan.

Ikmaludin, warga Padarincang yang rumahnya dekat dengan proyek itu mengatakan, lokasi proyek berada dekat dengan permukiman warga. Saat terjadi hujan, kata dia, langsung ada banjir besar diakibatkan dari aktivitas industri geothermal.

Padahal, dia menambahkan, sebelumnya di Padarincang apalagi di dekat lereng gunung belum pernah yang namanya banjir.

“Banjir ini menyebabkan beberapa rumah roboh, beberapa material batu dari gunung turun, dan beberapa hewan hutan banyak yang keluar hutan,” ucapnya saat mengikuti aksi longmarch ke Istana Presiden, Jakarta guna menyuarakan penolakan itu, Jumat (6/9/19).

Ikmaludin juga menyatakan, Gunung Prakasa menjadi sumber air untuk wilayah Padarincang. Masyarakat di sana, kata dia, mayoritas bermata pencaharian di sektor pertanian.

“Ketika sumber air ini mulai diganggu oleh kegiatan aktivitas industri, ya justru itu akan berdampak kepada penghasilan pertanian,” ujarnya.

Menurutnya, di beberapa tempat proyek gheothermal memang berhasil. Namun di beberapa tempat pula, proyek itu menuai kegagalan seperti di Mataloko, Bajawa, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Ia kahwatir proses eksplorasi memunculkan luapan lumpur.

“Ketika proses pengeboran, pihak perusahaan juga mengakui bahwa di beberapa lokasi tidak semuanya berhasil, ada juga lokasi yang tidak berhasil. artinya bagaimana ketika itu terjadi, apakah pihak perusahaan bertanggung jawab? Sedangkan pihak perusahaan tidak memberikan jaminan yang jelas,” terang dia.

“Kami khawatir muncul seperti di Lapindo, karena proses pengeborannya polanya sama,” dia menambahkan.

Ikmal juga menuding Pemkab Serang munafik. Pasalnya, kata dia, ketika masyarakat mempertanyakan Ikhwal proyek itu ke Pemkab Serang, mendapati jawaban bahwa Pemkab Serang tak tahu menahu soal proyek itu. Namun belakangan, lanjut Ikmal, Pemkab Serang malah menggelar sosialisasi proyek geothermal itu.

Ikmal menuturkan, pada bulan Maret 2018, seluruh elemen masyarakat menghadiri sosialisasi yang diadakan pihak perusahaan. Pada sosialiasi itu, kata dia, lahir kesepakatan masyarakat Padarincang, Cinangka, dan Ciomas menolak proyek geothermal.

“Pihak perusahaan dan muspika dan Pemda turut hadir dan menyetujui masyarakat menolak,” tandasnya.

Namun kekhawatiran warga bahwa proyek itu dapat berdampak buruk bagi lingkungan nampaknya tak digubris. Pasalnya, kekhawatiran warga itu dianggap tak bisa dibuktikan secara ilmiah. Penolakan pun tak menyurutkan langkah untuk melanjutkan proyek itu.

Seperti yang disampaikan Presiden Direktur PT. IBP Energi Dharmizon Piliang. Menurut Dharmizon, kekhawatiran bahwa proyek itu akan berdampak buruk tidak bisa dibuktikan secara ilmiah. Menurutnya, eksplorasi panas bumi berbeda dengan dengan eksplorasi gas bumi.

Lanjutnya, eksplorasi panas bumi tidak akan berdampak serius pada lingkungan atau kehidupan masyarakat.

Dharmizon pun menegaskan, proyek itu tidak mungkin dihentikan.

“Tidak mungkin dihentikan. Inikan bukan penolakan masyarakat, penolakan dari beberapa tokoh yang mungkin belum bersetuju. Tapi bagaimana pun juga, proses ini harus terus berlanjut,” kata Dharmizon usai sosialisasi proyek itu di Ruangan H. Syam’un, Sekretariat Daerah Kabupaten Serang, Kamis (5/9/19).

PT. IBP Energi adalah perusahaan yang melaksanakan proyek eksplorasi geothermal dari PT. Sintesa Banten Geothermal (SBG). PT. IBP memiliki teknologi dalam melaksanakan survey eksplorasi sumur panas bumi. Sedangkan PT. SBG adalah pemilik wilayah kerja panas bumi di Kabupaten Serang, Banten. (Hendra/Don).

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan