Santriwati An-Nuqthah Juara II Kompetisi Dunia WICE 2019

Ramzy
20 Okt 2019 14:08
3 menit membaca

TANGERANG (SBN) – Tanpa banyak publikasi, santriwati Kota Tangerang mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Adalah Najila Qurotu Aini (16) dan Hamnah Rohiatul Fauziah (16) dari Pondok Pesantren (Ponpes) Modern An-Nuqthah, yang berada di Jalan H. Ismail Gang Bebek, Kelurahan Cipete, Kecamatan Pinang berhasil meraih medali perak (silver medal) dalam kompetisi World Invention Competition and Exhibition (WICE) 2019 yang berlangsung di SEGI College, Subang Jaya, Malaysia.

Santriwati kelas Imam Ghazali dan kelas 2 SMA ini berhasil menemukan Sajadah Pengingat Rakaat (Rakaat Reminder Device). Sajadah ini dilengkapi dengan perangkat Arduino Uno serta sebuah tombol. Selain itu, ada sebuah layar yang nantinya menunjukkan angka pengingat.

Menurut Najila, ini merupakan tahun kedua dirinya dan rekannya mengikuti kompetisi tersebut. “Yang pertama kompetisinya tingkat ASEAN saja, tapi yang tahun ini tingkat dunia,” ujarnya saat ditemui di pondok pesantrennya.

Santri yang mengambil jurusan IPA ini mengatakan, di tingkat Asia Tenggara dirinya pun menjadi posisi runner up. “Untuk kompetisi tingkat dunia ini diikuti oleh 15 negara termasuk dari Eropa,” ujarnya. Ia menegaskan, sengaja memilih proyek sajadah pengingat rakaat ini karena pengalaman tidak jarang dirasakan. “Itu persoalan sehari- hari yang sering dirasakan. Jadi akhirnya kita kepikiran untuk membuatnya,” katanya.

Berhasil meraih juara dua tingkat dunia, hal itu rupanya tidak membuat mereka puas. Terlebih teknologi yang digunakan dalam sajadah itu terbilang sudah ketinggalan zaman. Karena itu, mereka bermaksud ikut lagi tahun depan. “Nanti kita akan dikasih alat baru, mudah-mudahan tahun depan kita bisa gunakan teknologi baru tersebut,” terangnya.

Sementara Hamnah Rohiatul menyatakan, kompetisi WICE 2019 digelar dari tanggal 2-6 Oktober lalu. “Ada sejumlah tahapan yang harus dilalui, dari pemaparan atau presentasi, sampai dengan penilaian dan akhirnya pengumuman pemenang,” terangnya seraya menambahkan bahwa keluar sebagai juara pertama juga berasal dari Indonesia yakni dari SMA di Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

Menanggapi keberhasilan salah santriwatinya, salah seorang pengajar di Ponpes An-Nuqthah, Nurdin, menerangkan sangat bangga. Dikatakannya, keikutsertaan pesantrennya di ajang kompetisi ini diawali dengan adanya arahan kepada santri-santriwatinya untuk menciptakan sesuatu yang baru.

“Jadi kita minta santri untuk menciptakan penemuan apa saja. Makanya sebetulnya bukan hanya sajadah pengingat rakaat saja yang diciptkan, tetapi cukup banyak. Seperti sandal alarm dan lain-lain, tapi memang akhirnya sajadah pengingat rakaat ini yang kita kirim untuk bertanding,” ujarnya.

Bahkan, agar tidak diklaim pihak lain, sajadah pengingat rakaat ini rencananya akan dipatenkan. “Nanti kalau sudah dipatenkan mudah-mudahan ada yang tertarik untuk memproduksinya secara massal, sehingga nama An-Nuqthah juga terangkat,” ujarnya. Terlebih ponpes yang mempunyai ribuan santri ini juga menjadi satu-satunya pihak yang mewakili pesantren dalam ajang kompetisi. “Tentu sekali lagi ini menjadi kebanggaan,” ujarnya.

Untuk diketahui, kompetisi ini merupakan even yang unik karena digelar oleh dua negara, yakni Indonesia yang diwakili oleh Indonesian Young Scientist Association (IYSA) dan Malaysia diwakili oleh SEGI College, di kampus SEGI College Subang Jaya, Malaysia.(Zie)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan