Energi Perubahan di Cilegon Ambyar, Husen Ingatkan Kembali Misi Suara Perubahan

Joe
9 Jun 2020 10:56
2 menit membaca

CILEGON (SBN) — Suara perubahan menuju Cilegon yang lebih baik yang pernah digaungkan para politisi dan tokoh masyarakat di Kota Cilegon terkesan ambyar dan tidak nyata. Demikian dikatakan Husen Saidan selaku aktivis kemasyarakatan, Senin (8 Juni 2020) malam di kediamannya, Linkungan Tegal wangi, Kelurahan Rawa Arum, Kecamatan Grogol, Kota Cilegon.

Husen Saidan, Ketua LSM Gappura Banten menilai, gerakan suara perubahan yang pernah muncul sejauh ini belum terlihat wujudnya. Konteks perubahan yang digaungkan adalah proses mengubah sesuatu yang tidak baik menjadi lebih baik. Namun, tentunya dengan pengorbanan yang tidak sedikit dan tidak murah. Husein menyayangkan, jika energi yang ada ternyata keluar dari konteks suara perubahan, maka cita-cita perubahan itu tidak akan terealisasi.

“Sejauh ini memang banyak para bakal calon penantang kubu  petahana, tapi justru mereka malah terpecah, sehingga potensi energi perubahan yang begitu besar tidak termanfaatkan dengan baik, bahkan justru akan dimanfaatkan oleh kubu petahana,” katanya.

Baca juga: Masuk Barisan Golkar, NasDem Dukung Ati Jadi Calon Wali Kota Cilegon

Husen mengungkapkan, jaringan kubu petahana yang begitu kuat dan sistematis hingga akar rumput tidak akan mudah terkalahkan jika para pengusung suara perubahan yang ada masih mementingkan egonya masing-masing. Oleh karena itu, kata Husen, sudah semestinya para tokoh pejuang perubahan kembali duduk bersama, berfikir dan melihat kembali konteks suara perubahan untuk Kota Cilegon ke depan.

“Jika para bakal calon yang ada masih mementingkan pribadinya, bukan mementingkan bagaimana Kota Cilegon ke depan lebih baik, maka jangan harap perubahan akan terjadi. Bagaimana tidak? Kita harus akui kekuatan kubu petahana begitu besar, bahkan hingga akar rumput,” ungkapnya.

Oleh sebab itu, Husen mengingatkan kembali bahwa peluang untuk membangun energi suara perubahan masih sangat mungkin terjadi dan bisa dilakukan jika pejuang suara perubahan kembali menyatukan pemikiran dan memahami konteks perubahan itu sendiri.

“Peluang masih ada jika para pejuang perubahan mau menyamakan tujuan. Tetapi, jika para pejuang itu masih mementingkan egonya, ya sudah, aklamasi saja. Bu Ati Pasti menang, kok. Sebaliknya, jika tokoh pejuang itu bersatu untuk meraih suara dan dukungan seluas-luasnya dari masyarakat, maka masih ada waktu untuk menyampaikan kepada masyarakat bahwa Cilegon harus berubah,” tandasnya.

Husen berharap semua tokoh pejuang perubahan, seperti Helldy Agustian, Reno Yanuar, Ali Mujahidin, Awab, dan Iye, dapat kembali berpikir secara jernih dan ikhlas serta legowo, bergandengan tangan untuk mewujudkan misi perubahan guna melawan kekuatan yang besar demi masyarakat Kota Cilegon membangun mimpinya menjadi nyata serta mewariskan pembangunan Kota Cilegon secara berkeadilan terhadap anak cucu ke depan. (Wawan/Atm)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan