Menolak Proyek Geotermal, Ribuan Warga Gelar Istighasah Akbar dan Mimbar Bebas

Joe
9 Mar 2020 09:36
2 menit membaca

KABUPATEN SERANG (SBN) —Aksi menolak proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Geotermal di Gunung Prakasak, Padarincang, Kabupaten Serang, terus bergulir. Kali ini ribuan warga menggelar istighasah akbar dan mimbar bebas tepat di jalan pintu masuk proyek tersebut. Ribuan peserta istighosah dan mimbar bebas ini bukan hanya masyarakat setempat, melainkan juga masyarakat dari luar daerah yang mendukung penolakan terhadap proyek geotermal tersebut.

“Tuntutan kami mencabutan Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Rawa Danau, yaitu Gunung Asepan, Gunung Karang, dan Mandalawangi, termasuk Gunung Sari. Jadi, kali ini yang hadir dari lintas kabupaten yang mencakup wilayah WKP Rawa Danau. Serang, Cilegon, Pandeglang, Lebak, semua hadir,” ucap H. Doib, salah seorang tokoh masyarakat setempat, Minggu (8 Maret 2020).

Banyaknya unjuk rasa yang telah dilakukan dan jumlah massa yang terlibat, sambungnya, menunjukkan bahwa masyarakat benar-benar menolak kehadiran proyek tersebut. Penolakan itu sendiri bukan karena masyarakat anti terhadap pembangunan, melainkan karena proyek tersebut merusak lingkungan.

“Kami akan terus melawan sampai proyek ini dihentikan, meski pemerintah terus memaksakan agar proyek ini berjalan. Lihat saja, semakin ke sini, semakin banyak yang sadar. Cek saja berapa yang hadir. Masyarakat Padarincang ini tidak anti pembangunan, tetapi kami selektif pembangunannya seperti apa. Kalau ramah lingkungan, pasti kita dukung,” tandasnya.

Salah seorang pemuka agama setempat, Aunillah, mengatakan telah lima tahun masyarakat berjuang menolak pembangunan PLTPB Geotermal tersebut dan menuntut pemerintah agar mencabut SK WKP Rawa Danau Banten.

“Meski kami diadu domba antara ulama dengan masyarakat, kami tetap berdiri tegak, tetap menolak PLTPB untuk menjaga kampung halaman kami dari kerusakan” katanya.

Kiai Jamaludin, salah seorang kiai dari Pandeglang, dalam orasi mimbar bebasnya menuturkan bahwa masyarakat harus tetap bersatu untuk menolak pembangunan dan bersama-sama mengusir perusahaan yang telah meresahkan masyarakat.

“Usir perusahaan yang meresahkan masyarakat. Rakyat siap berjuang sampai titik darah penghabisan dalam perjuangan menolak pembangunan yang merusak,” katanya. (Hendra/Atm)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan