Meski La Nina Belum Dipuncak, Warga Kabupaten Tangerang Diminta Tetap Waspada

Redaksi
9 Nov 2020 16:25
2 menit membaca

KABUPATEN TANGERANG (SBN) — Fenomena La Nina atau meningkatkan curah hujan yang membuat cuaca pada musim penghujan di Indonesia menjadi lebih basah, kini belum memasuki puncaknya. Walaupun demikian masyarakat Kabupaten Tangerang diminta untuk tetap waspada dalam mengahadapi cuaca ekstrim ini.

Dampak La Nina akan sangat terasa bagi kota dan daerah yang tidak mempunyai resapan air yang baik. Di mana hujan yang terjadi selama beberapa jam sudah cukup untuk membuat daerah tergenang banjir. Selain itu, dampak La Nina juga berpengaruh terhadap permasalahan kesehatan yang meningkat seiring dengan tingginya potensi bencana alam seperti banjir dan tanah longsor.

Kepala BPBD Kabupaten Tangerang Bambang Sapto mengatakan, untuk kondisi La Nina ini memang perlu diwaspadai tentu yang berkaitan dengan hidrologi. BMKG sendiri telah mengeluarkan warning agar masyarakat bisa waspada. Untuk di Banten sendiri perkiraan dari BMKG puncaknya di bulan Februari-Maret 2021.

“Namun tidak menutup kemungkinan untuk waspada mulai dari sekarang dan kita sudah antisipasi dengan pembentukan desa tangguh bencana. Masyarakat juga diminta untuk tetap waspada,” ujarnya, Senin, 9 November 2020.

Ia menjelaskan, Desa Tangguh Bencana atau Destana sudah mulai berjalan terus, mungkin di minggu ini sudah berjalan di beberapa desa di antaranya bencongan. Targetnya, kata dia, semua desa tangguh bencana bisa terbentuk di masing-masing desa se-Kabupaten Tangerang pada tahun 2023 mendatang.

“Permasalah bencana bukan hanya urusan orang per-orang. Jadi bencana itu adalah urusan kita semua, dan yang paling susah adalah mengumpulkan semua elemen masyarakat untuk saling bantu-membantu menghadapi bencana,” pungkasnya.

Perihal permasalahan perahu karet, kata dia, di tahun ini masih bisa diperbaiki sebanyak 8 perahu karet, sehingga totalnya bisa mencapai 16 perahu karet yang bisa digunakan. Mengapa BPBD lebih memilih memperbaiki perahu karet ketimbang membeli. Sebab banyak wilayah di Kabupaten Tangerang yang sempit seperti daerah bencongan yang banyak pagar sehingga perahu karet sulit untuk masuk dan bisa cepat rusak.

“Memang lebih bagus pakai perahu yang dari fiber, tapi beratnya setengah mati dan tidak praktis. Kita lebih baik memperbaiki dari pada membeli,” ungkapnya.(Restu/zie)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan