Meski BPS Klaim Angka Pengangguran Turun, Banten Tetap Tertinggi di Indonesia.

Ramzy
5 Nov 2019 16:19
2 menit membaca

Rilis hasil survei Tingkat Pengangguran Terbuka di BPS Provinsi Banten, Selasa, 5 November 2019

SERANG (SBN) — Angka pengangguran di Provinsi Banten masih tertinggi di Indonesia meskipun mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Demikian disampaikan Kepala BPS (Badan Pusat Statistik) Provinsi Banten Adhi Wiriana dalam rilis hasil survei Tingkat Pengangguran Terbuka di BPS Provinsi Banten, Selasa, 5 November 2019.

“Angka pengangguran kita per Agustus 2019 ini relatif lebih kecil ketimbang Agustus 2018, turun sekitar 0,4 poin, dari 8,52 persen menjadi 8,11 persen. Meskipun begitu, angka tersebut menunjukkan jumlah penganggur di Provinsi Banten masih tertinggi se-Indonesia, diikuti Jawa Barat di posisi berikutnya,” ujar Adhi.

Menurut Adhi, salah satu sebab tingginya angka pengangguran itu karena sektor industri di Banten, seperti Krakatau Steel, banyak yang melakukan PHK. Selain itu, juga ada peralihan 2 industri di Tangerang Selatan. Ini di antaranya penyebab meningkatnya angka pengangguran.

Di Provinsi Banten sendiri, wilayah berperingkat angka pengangguran tertinggi disandang Kabupaten Serang meskipun sudah mengalami perbaikan. Tahun lalu, 12,58 persen; sekarang 10,65 persen. Jadi, turun sekitar 2 persen. Itu berarti Pemkab Serang sudah berusaha maksimal menurunkan jumlah penganggur.

“Kenapa Serang terbesar? Karena di Kabupaten Serang banyak kawasan industri sehingga banyak pendatang dari luar daerah yang mencari kerja, sementara yang datang belum tentu diterima semua,” kata Adhi.

Sebenarnya, dari segi jumlah justru lebih banyak Kabupaten Tangerang. Namun, karena dikalkulasikan dengan jumlah penduduk, jadi rasionya lebih tinggi Kabupaten Serang.

“Ini (angka pengangguran yang tinggi—Red) juga dikarenakan banyak lulusan SMK yang tidak match dengan industri yang ada. Saran saya, SMK ini kurikulumnya dirombak. Lebih baik SMK diarahkan ke membuat usaha baru dan disesuaikan dengan revolusi industri 4.0,” tuturnya.

Selain SMK, perguruan tinggi juga masih menyumbang angka pengangguran sebanyak 0,14 persen. Menurut Adhi, tantangan sekarang ini adalah bagaimana para lulusan perguruan tinggi bisa diserap pasar tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan. (Hendra/Atm)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan