Wacana Larangan Cadar dan Celana Cingkrang bagi ASN, PWPM Banten Angkat Bicara

Ramzy
6 Nov 2019 20:42
2 menit membaca

Mufrod Thama, Ketua (PWPM) Banten.

SERANG (SBN) — Pimpinan Wilayah Pemuda Muhamadiyah (PWPM) Banten menanggapi isu pelarangan cadar dan celana cingkrang bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) yang sedang ramai di ruang publik.

Ketua PWPM Banten Mufrod Thama mengatakan, pelarangan cadar dan celana cingkrang, kalau untuk masyarakat umum, tentu akan ada pergejolakan. Namun, kalau untuk lingkungan ASN, itu tentu terserah kementerian terkait. Meskipun begitu, Mufrod mengajak masyarakat supaya menghadapi masalah ini dengan bijak.

“Kalau melihat dari sisi hak azasi manusia, tentu itu berbenturan karena orang beragama yang menjalankan keyakinannya dilindungi undang-undang. Namun, ada yang meyakini bahwa pakaian tersebut seperti itu bagian dari syariat islam. Itu harus kita hormati,” ucapnya saat ditemui di Sekretariat PWPM Banten, Cipocok, Kota serang, Rabu (6 Novemver 2019).

Memang, ketika seseorang masuk ASN berarti siap menerima konsekuensinya, yaitu harus tunduk terhadap aturan yang sudah ditentukan karena sudah terikat dengan status kepegawaian nya.

“Tapi, perlu dikaji lebih mendalam lagi terkait isu aturan tersebut. Terutama mengenai efektif tidaknya aturan ini untuk pegawai agar tidak berbenturan dengan undang-undang,” ujarnya.

Terkait isu bahwa hal yang melatarbelakangi pelarangan cadar dan celana cingkrang tersebut dikaitkan dengan penusukan salah satu menteri di Menes, Pandeglang, Mufrod menegaskan, kejadian tersebut jangan digeneralisir.

“Kalau pelaku tersebut bercadar, ya, itu kebetulan bercadar saja, tapi jangan digeneralisir. Mari kita bijak menyikapi ini. Ketika ada yang melakukan kejahatan, ya, itu oknum. Semua agama mengajar kebaikan, apalagi agama islam yang rahmatan lil’alamin,” jelasnya.

Menurutnya, tidak usah mengurusi fashion atau gaya berpakaian. Yang seharusnya diurusi itu akhlaknya, moralnya. Apa yang disebut Presiden dengan revolusi mental, mestinya dimaknai sebagai revolusi akhlak.

“Ubah paradigmanya, bukan fashion-nya. Fashion apa pun, kalau orangnya jahat, ya, akan jahat dan kalau orangnya baik, ya, akan baik,” tandasnya. (Hendra/Atm)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan