Pemberian BST Tidak Patuhi Protokol Kesehatan, Ini Kata Camat Rajeg

Ramzy
7 Jun 2020 12:19
3 menit membaca

KABUPATEN TANGERANG (SBN) – Warga yang berkerumunan saat pembagian Bantuan Sosial Tunai (BST) di Tangerang viral di media sosial, Sabtu, 6 Mei 2020. Kejadian tersebut diselenggarakan di Kecamatan Rajeg tepatnya di SMA Negeri 14 Kabupaten Tangerang.

Ahmad Patoni, Camat Rajeg Kabupaten Tangerang, menjelaskan, viralnya rekaman gambar warga saat pembagian bantuan sosial tunai itu. Bantuan Sosial Tunai Jaring Pengaman Sosial (JPS) Covid-19 itu diberikan Pemerintah Provinsi Banten untuk masyarakat Kelurahan Sukatani, Kecamatan Rajeg.

“Saya perlu meluruskan berita viralnya warga berkerumunan saat pembagian Bantuan Sosial Tunai (BST) Kelurahan Sukatani, Kecamatan Rajeg,” ujar Ahmad Patoni, Minggu, 7 Mei 2020.

Ia menjelaskan, berdasarkan data warga yang menerima BST Kelurahan Sukatani, Kecamatan Rajeg, Kabupaten Tangerang sebanyak 4.003 Keluarga Penerima Manfaat (KPM), pihak BJB membuat jadwal satu hari untuk pembagian.

“Bank BJB membuat jadwal satu hari untuk pembagian sebanyak itu. Idealnya satu hari sekitar 500 KPM, dan kelurahan Sukatani sudah mengatur jadwal undangan per RW. Namun karena antusias masyarakat yang tinggi sejak subuh sehingga berdampak adanya kerumunan warts di lokasi,” ujar Patoni

Katanya selama proses pelaksanaan petugas dari jajaran TNI/Polri/Pol PP juga turut mengatur jalanya acaranya, sesuai standar protokol kesehatan covud-19, masyarakat menggunakan masker saat pembagian.

Lurah Sukatani M. Husni Thamrin yang hadir langsung mengawal pembagian BST Jaring Pengaman Sosial (JPS) Covid-19 menjelaskan, bahwa jumlah Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di Kelurahan Sukatani sebanyak 4.003 KPM adalah yang terbanyak di Kecamatan Rajeg.

“Kelurahan Sukatani mendapat bantuan sosial sebanyak 4.003 KPM dari Pemprov Banten. Ini berkat kerja keras para aparatur kelurahan, forum RW dan RT yang maksimal dalam pendataan dan pengusulan Bansos ini. Kelurahan Sukatani mendapatkan Bansos tertinggi se-Kecamatan Rajeg,” ucapnya.

Lanjut, Husni Thamrin menjelaskan bahwa pemilihan lokasi SMAN 14 Kabupateb Tangerang merupakan hasil musyawarah dimana diharapkan menjadi tempat yang representatif untuk penyelaluran BST. Namun tersiar kabar dan foto di media online terjadinya kerumunan di lokasi penyaluran BST tersebut.

“Jadi waktu pagi hari hingga siang, masyarakat tertib, namun setelah siang hari sekitar waktu zuhur masyarakat mulai tidak sabar, kurang disiplin mematuhi protokol kesehatan untuk menjaga jarak saat proses pencairan. Kami sudah menyiapkan petugas kesehatan, dan tidak ada korban dalam acara hari ini,” ujar Husni.

Hal tersebut tentunya sebagai salah satu upaya menekan angka penularan Covid-19 dalam penerapan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB).

Ia melanjutkan, pihaknya sudah berupaya mengerahkan semuanya dari jajaran TNI, Polri, Satpol PP dan Forum RT/RW untuk menertibkan warga agar tetap menjaga jarak, namun apa daya, jumlah petugas tidak sebanding dengan jumlah warga yang ribuan datang untuk mengambil BST.

“Kami dari pihak kelurahan sudah bekerjasama dengan unsur TNI dan Polri untuk mengamankan jalannya pembagian bansos ini. Undangan pun sudah mengatur jadwal jam datang. Tapi tetap saja jumlah warga yang mencapai ribuan sangat sulit untuk kami kendalikan,” ungkapnya.

Husni menambahkan, sebanyak 4.003 warga dijadwalkan menerima BST. Untuk menghindari kerumunan warga yang banyak, pihaknya membagi menjadi dua waktu, yakni pukul 07.00-11.00 WIB dan 12.00-16.00 WIB.

“Karena terlalu banyak kita bagi jadi dua kelompok. Tapi antusias warga yang sangat tinggi untuk menerima bansos ini jadi semua sudah datang sejak shubuh tadi dan tidak mematuhi jadwal yang sudah diatur,” pungkasnya.

Karena permasalahan tersebut, jadwal penyaluran menjadi tidak efektif bahkan hingga Pukul 19.00 WIB diputuskan dihentikan, karena petugas dari Bank BJB sudah kelelahan dan masih ada jadwal lainnya pada esok hari.

Petugas dari Bank BJB sangat lelah dan juga kurang disiplinya warga jadi tidak bisa melanjutkan, maka untuk Kelurahan Sukatani baru terealisasi 3.018 KPM. Sisanya masih menunggu koordinasi dan evaluasi dengan Kecamatan Rajeg dan Dinsos Provinsi Banten.

“Karena ada kelompok warga yang kurang disiplin berdampak terhadap penundaan penyaluran”, tandasnya.(Rls)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan