50 Peserta dari 3 Kelurahan Ikuti Pelatihan Hidroponik atau Urban Farming

Ramzy
2 Nov 2019 14:04
2 menit membaca

Pelatihan hydroponic/urban farmin yang diadakan PT. Multi Bintang Indonesia Tbk bersama komunitas HITARA (Hidroponi Tangerang Raya), Jumat (1/11/2019).

TANGERANG (SBN) — 50 orang perwakilan kelompok masyarakat Kelurahan Kutabumi, Kelurahan Gerendeng, dan Kelurahan Sindang Sari, Tangerang mengikuti pelatihan hydroponic/urban farming  yang diselenggarakan PT Multi Bintang Indonesia Tbk bersama komunitas HITARA (Hidroponi Tangerang Raya), Jumat (1/11/2019).

Pada pelatihan tersebut, para peserta diajarkan teknik dan teori hydroponic/urban farming metode traditional dan modern yang bisa disesuaikan dengan kondisi bercocok tanam di perkotaan dengan memanfaatkan barang bekas dan lahan terbatas. Pola bercocok tanam ini jelas menguntungkan, baik dari segi ekonomi maupun lingkungan.

Stakeholder Relations Manager PT. Multi Bintang Herwanda Karli mengatakan, “Pelatihan ini merupakan bagian program ‘Brewering A Better World’, khususnya ‘Growing With Communities’, melalui pendampingan moril dan materil pada jangka waktu tertentu kepada kelompok masyarakat.”

Output-nya, selain mereka bisa melakukan kegiatan bercocok tanam dengan cara yang presisi, juga bisa membantu mereduksi sampah dengan cara memanfaatkan barang-barang bekas menjadi media tanam hidroponik yang dapat menghasilkan sayuran organik yang menyehatkan serta bernilai ekonomis.

Menurut Jean Aprilla, salah seorang instruktur dari HITARA, saat ini lahan bercocok tanam semakin sulit didapat dan semakin sempit. Solusinya adalah hidroponik yang hanya menggunakan sedikit tanah dan lahan untuk media tanam.

“Hidroponik juga tidak menggunakan pestisida serta hemat air hingga 90%. Perawatannya pun mudah dengan biaya terjangkau,” ujarnya.

Salah seorang anggota Kelompok Wanita Tani Kelurahan Grendeng, Eli Suhaeli, mengatakan  bahwa Komunitas GRENPIK mendapat pembelajaran dalam pelatihan ini tentang teknik dan teori hidroponik modern. Rencanaya, pengetahuan itu akan diimplementasikan bersamaan dengan hidroponik sederhana yang sudah hampir 1 tahun berjalan.

“Estimasi pemasukan penjualan sebesar Rp5.000.000. Untuk ke depannya, dapat berkembang lebih positif,” jelas Eli.

Selain bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, ke depannya diharapkan hydroponic/urban farming ini juga dapat menjadi bagian program masyarakat di bidang lingkungan. Hal itu bisa ditempuh melalui pelatihan kelompok masyarakat, khususnya seputar budidaya sayuran organik yang mendatangkan kontribusi ekonomi dan sosial. (Red/Atm)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan