Warga Rawa Arum Pastikan Unjuk Rasa Besok

Joe
15 Des 2020 21:38
2 menit membaca

CILEGON (SBN) — Rencana aksi unjuk rasa warga Kelurahan Rawa Arum terkait pencemaran debu pasir dari urukan pembangun pabrik kimia PT Lotte tampaknya serius akan dilakukan. Puluhan warga dari berbagai lingkungan di Kelurahan Rawa Arum melakukan musyawarah di aula Kelurahan Rawa Arum terkait rencana aksi yang akan dilangsungkan besok, Rabu (16 Desember 2020).

Puluhan warga yang berasal dari seluruh RT, RW, LSM, OKP, dan karang taruna tampak hadir dalam musyawarah tersebut, padahal beberapa hari sebelumnya musyawarah telah dilakukan antara PT Lotte dan warga Kelurahan Rawa Arum, tetapi tidak ada titik temu.

Ketua LSM Gerakan Peduli Pembangunan Rakyat (Gappura) Banten Husen Saidan mengatakan, sikap ini merupakan reaksi masyarakat yang saat ini belum mendapat respons dan penanganan yang cepat dari manajemen puncak PT Lotte.

Husen juga mengatakan, pengurukan dengan pasir itu di luar dari Amdal awal. Mulanya, dalam Amdal hanya ada tanah merah sebagai material pengurukan. Namun, ternyata saat ini ada pasir sebagai material pengurukan sehingga terjadi pencemaran lingkungan.

“Masyarakat Rawa Arum selama ini mendukung investasi antarnegara ini di Kota Cilegon. Dan kami ring satu tetap mendukung langkah itu. Akan tetapi, masyarakat Rawa Arum tidak mengetahui pengurukan dengan material pasir itu,” kata Husen usai musyawarah, Selasa (15 Desember 2020).

“Pengajuan material Amdal awal bukan dari pasir, tapi dari tanah merah. Ini ternyata ada pasir. Kami tidak tahu pembahasan manajemen bisa seperti itu,” ujarnya.

Oleh karena itu, kata Husen, penanganan yang tepat saat ini adalah ditutupnya kembali material pasir itu dengan tanah merah sehingga angin kencang yang datang dari laut tidak membawa pencemaran ke permukiman warga.

Husen juga mengatakan tetap akan menerapkan protocol kesehatan agar aksi berjalan sesuai dengan harapan.

“Kami memahami masalah aturan, apalagi soal prokes. Tentu ini akan diterapkan nanti. Aksi ini bukan untuk menjatuhkan wibawa pemerintah, tetapi merupakan perjuangan masyakarat untuk mendapatkan hak hidup sehat dan tidak mendapat dampak negatif dari pembangunan pabrik,” tuturnya.

Sugiyanto, salah seorang warga lingkungan Kruwuk RT 03 yang turut hadir, mengatakan bahwa pencemaran  debu pasir baru terasa seminggu terakhir. Tidak sedikit warga terganggu dan mengalami sakit mata akibat dari pencemaran tersebut.

“Udaranya sudah tidak sehat. Soalnya, yang kita hirup bukan udara, tapi debu,” katanya.

Ia mengatakan, masyarakat menuntut kompensasi atas pencemaran debu pasir yang membuat beberapa warga sakit. Selain itu, langkah cepat dan nyata dari pihak perusahaan juga akan menjadi tuntutan dalam aksi unjuk rasa besok. (Wawan/Atm)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan