BPS Sebut Ekonomi Banten 2020 Agak Suram

Ramzy
17 Des 2019 15:22
2 menit membaca

SERANG (SBN) — Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten Adhi Wiriana memprediksi ekonomi Banten pada 2020 kurang baik karena terimbas permasalahan ekonomi global dan nasional.

“Kami melihat agak suram karena di 2020 perang dagang Cina dan Amerika masih terjadi, termasuk kasus Saudi Arabia yang dibom dari drone sehingga harga minyaknya turun. Ini mengakibatkan ekspor impor kita masih tertekan,” ucap Adhi usai mengisi acara Focus Grup Discussion Perekonomian Banten 2020 di Gedung Serbaguna DPRD Banten, Selasa (17 Desember 2019).

Adhi berterus terang, antara impor dan ekspor saat ini terjadi defisit karena impor lebih besar ketimbang ekspor. Itu mengakibatkan defisit secara nasional sehingga Banten juga defisit.

“Kita tertekan. Misalnya, besi baja saat ini lebih banyak impor ketimbang ekspor. Itu yang jadi permasalahan ke depan. Jadi, perkiraan secara makro, harapan kita pertumbuhan masih 5%-an, agak lambat dibandingkan tahun 2018,” ujarnya.

Gambaran di 2020, perkiraannya sedikit melambat, di antaranya karena beberapa industri pindah dari Banten ke provinsi lain, padahal sebagian besar tenaga kerja kita bekerja di industri. Kalau perusahaannya pindah, pasti akan berdampak. Pengangguran jadi lebih besar.

“Untuk mengantisipasi, kita harus berinovasi. Seperti di Bandung, banyak produk dan wisata kuliner yang halal, padahal potensi Banten juga besar. Kita juga harus meningkatkan pengusaha muda. Jadi, jangan mengarahkan lulusan SMA/SMK atau perguruan tinggi jadi buruh, tapi diarahkan ke pengusaha baru,” ujarnya.

Terkait menjelang Pilkada seremtak di 4 kabupaten/kota, menurutnya pilkada memang ada plus minusnya.

“Kalau aman, akan menambah produksi kompanye. Sementara dari sisi lain, kalau tidak aman, otomatis akan menghambat  perekonomian. Banyak pengusaha yang takut terkait ketidakamanan Pilkada,” ujarnya.

Terkait cuaca, Adhi menyampaikan bahwa prediksi cuaca di 2020 akan mirip dengan 2019. Tahun ini, 9 bulan kemarau sehingga banyak petani yang tidak bertani.

“Ada 150 ribuan petani di 2018 yang tidak bekerja di tahun 2019. Ke depan, ini harus diantisipasi, bagaimana agar petani ini menguntungkan dan tidak pindah ke profesi lain karena kalau petani pindah, produksi beras juga akan turun jumlahnya,” katanya. (Hendra/Atm)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan