AHKI Susun Protokol Kesehatan untuk Layanan Hipnoterapi di Masa New Normal

Ramzy
4 Jul 2020 08:49
2 menit membaca

JAKARTA (SBN) — Asosiasi Hipnoterapi Klinis Indonesia (AHKI) menyusun protokol khusus untuk menghadapi kenormalan baru (new normal). Ini mengakomodasi keinginan masyarakat yang sejak sebelum pandemi banyak yang membutuhkan layanan hipnoterapi klinis.

“Ini demi keamanan bersama. Protokol standar ini sengaja disusun agar hipnoterapis dan klien sama-sama aman,” tegas Ketua Umum AHKI, Dr. Adi W. Gunawan dalam pertemuan virtual melalui aplikasi Zoom, Kamis (2/7/20) yang diikuti lebih dari 90 anggota, termasuk pengurus AHKI.

Adi menyampaikan, beberapa protokol sudah disepakati. Misalnya penjelasan awal mengenai layanan hipnoterapi kepada klien disarankan untuk dilakukan secara online (daring) sehari sebelum bertemu di ruang praktik.

Selain itu, selama proses terapi disarankan untuk mengenakan masker dan tameng wajah (face shield), baik terapis maupun klien. Di awal, juga perlu pemeriksaan suhu tubuh serta disarankan untuk mencuci tangan.

Menurut Adi, ruangan terapi para hipnoterapis AHKI akan lebih baik jika dilengkapi fasilitas pemurni udara alias air purifier untuk menjamin sirkulasi udara lebih aman. Dan yang tak kalah pentingnya adalah terapis harus yakin.

“Kalau nggak yakin lebih baik terapinya ditunda. Terapis harus memastikan semua aman. Atas alasan itulah AHKI sudah menyusun panduan aman agar para terapis AHKI benar-benar siap melakukan terapi,” kata Adi.

Ketika terapis merasa kurang aman, boleh saja menyarankan klien untuk melakukan rapid test terlebih dahulu. Tidak berniat memberatkan, namun lagi-lagi itu demi keselamatan bersama.

Lebih lanjut, Ketua Dewan Etik AHKI A. Yudo Prihartono menyampaikan, sebenarnya ketika pandemi Covid 19, AHKI tidak pernah melarang para hipnoterapis untuk melakukan terapi. Namun, karena adanya risiko yang tidak ringan, semua diajak untuk menunda dulu. Karena itu, AHKI menyusun protokol menghadapi kondisi new normal karena kebutuhan saat ini sudah mendesak dan banyak masyarakat meminta bantuan hipnoterapi.

“Ini penting karena organisasi berharap memberikan panduan. Apalagi, tidak semua hipnoterapis hanya sampingan, tapi sebagian sudah menjadi pekerjaan utama sehingga protokol ini keluar demi memenuhi kebutuhan masyarakat, serta hipnoterapis,” ujarnya.

Pria yang akrab disapa Yudho itu juga mengingatkan agar para hipnoterapis AHKI menyampaikan ke organisasi jika memang sudah siap melakukan terapi.

“Sehingga nanti memudahkan memberi informasi kepada klien yang membutuhkan layanan hipnoterapi klinis,” pungkasnya. (Rls/Drk)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan