Aria Wangsakara, Pejuang dan Ulama dalam Sejarah Tangerang

2 menit membaca

KABUPATEN TANGERANG (SBN) — Nama Tangerang tak lepas dari nama Aria Wangsakara sebagai salah seorang tokoh yang berperan penting dalam sejarah wilayah Tangerang. Tokoh yang hidup pada abad ke-13 ini dikenal sebagai penyebar agama Isam sekaligus pelopor bela negara.

Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa Aria Wangsakara pergi dari Kerajaan Sumedang Larang ke wilayah Tangerang bersama dua saudaranya, Aria Santika dan Aria Yuda Negara. Ketiga orang inilah yang namanya diabadikan menjadi nama wilayah Tigaraksa.

Aria Wangsakara, Aria Santika, Aria Yuda Negara, Sejarah Tigaraksa, Sejarah Tangerang, Pejuang Tangerang, Pahlawan Tangerang, Berita Banten, Berita Banten Terbaru, Berita Banten Hari Ini, Berita Tangerang, Berita Tangerang Terbaru, Berita Tangerang Hari Ini: Aria Wangsakara, Pejuang dan Ulama dalam Sejarah Tangerang

Ketiga bangsawan dari Sumedang Larang ini kemudian mendapatkan restu dari Sultan Banten ketika itu, yaitu Sultan Maulana Yusuf, untuk menjaga wilayah bagian timur Banten dari ancaman VOC. Ketiganya diperintah Sultan untuk membangun benteng di Lengkong Kyai, di tepi Sungai Cisadane sebelah barat sampai bendungan Sangego.

Selain dikenal sebagai pejuang, Aria Wangsakara juga dikenal sebagai ulama penyebar agama Islam. Demikian informasi yang didapat SuaraBantenNews saat berkunjung ke makan Aria Wangsakara di Jl. Lengkong Kiai, Lengkong Kulon, Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang, Jumat (5/3/2021).

“Beliau merantau dari Kerajaan Sumedang Larang dan memilih menetap di wilayah Tangerang karena tidak sepaham dengan saudaranya yang berpihak kepada penjajah Belanda. Beliau ikut berjasa dalam memimpin perlawanan terhadap penjajah Belanda dalam perang 7 bulan perebutan wilayah antara VOC dan Kesultanan Banten di wilayah Tangerang,” ucap Munawar, kuncen makam Aria Wangsakara.

Makam Aria Wangsakara telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Tangerang dan banyak pungunjung yang beziarah ke sana.

“Biasanya yang sering ramai peziarah di bulan Maulid atau malam jumat. Peziarah kebanyakan berasal dari sekitaran wilayah Tangerang, tapi ada juga yang datang dari luar wilayah Tangerang. Biasanya yang ziarah sampai 50 orang, bahkan sampai 80 orang,” ucap salah seorang warga sekitar. (Irfan/Atm)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan