Politik Lokal Banten Pasca-Pilkada adalah Politik Dinasti yang Hegemonik

Ramzy
13 Des 2019 10:13
2 menit membaca

Pengamat politik Universitas Sultan Agung Tirtayasa (Untirta), Gandung Ismanto.

SERANG (SBN) — Pengamat politik Universitas Sultan Agung Tirtayasa (Untirta) Gandung Ismanto menilai politik di Banten setelah Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) langsung tumbuh politik dinasti sehingga sangat sulit untuk dilawan.

“Ciri-ciri politik lokal kita pasca-Pilkada langsung itu kan tumbuh politik dinasti. Hegemoni yang kuat di sektor ekonomi itu menyebabkan sistem politik pemilihan langsung yang sangat liberal ini menjadi sember daya yang sangat kuat sehingga mereka sangat sulit dilawan,” ucap Gandung usai mengisi acara Diskusi Publik di Gedung Serbaguna DPRD Banten, KP3B, Kota Serang, Kamis, (12 Desember 2019).

Hegemoni tumbuh ketika sumber daya ekonomi dikuasai, sambungnya, ditambah sumber daya pemerintahan di birokrasi, termasuk di partai politik. Karena itu, Gandung tidak begitu yakin perlawanan terhadap petahana akan sunguh-sungguh terjadi dan berujung pada keberhasilan.

“Petahana yang tidak hegemonik saja sangat sulit untuk dilawan, apalagi dengan karakteristik petahana yang sangat hegemonik,” ujarnya.

Banten di semua daerah itu cirinya sangat hegemonik, imbuhnya, karena punya kapling khusus. Lebak, Pandeglang, Cilegon, Kabupaten Tangerang punya kapling masing-masing.

“Bahkan sempat ada kabar, ketika salah satu petahana mau masuk ke kapling yang lain, sempat ribut,” katanya.

Gandung menambahkan, salah satu skenario yang mungkin adalah ketika petahana di satu daerah dikalahkan petahana dari daerah lainnya, baik secara sendiri maupun berkolaborasi dengan petahana yang lain.

“Sebenarnya ini hanya sirkulasi demokrasi. Di kita hanya menghadirkan siklus horizontal di kalangan elit saja. Jadi, ketika petahana di suatu daerah kalah, tidak mungkin hanya kalah dengan elit setempat, jadi mungkin kalah kalau dikalahkan oleh elit lain,” ucapnya. (Hendra/Atm)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan